Orangutan Albino di Kalimantan Masih dalam Observasi
- BOSF/Indrayana
VIVA.co.id – Penyelamatan orangutan betina albino (berbulu putih) mendapat perhatian dari pengguna internet dan pemerhati satwa.
Pengguna internet berharap The Borneo Orangutan tersebut aman dalam perlindungan The Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) atau Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo.
Dalam keterangannya di akun Facebook, BOSF menjelaskan, mereka menyelamatkan orangutan tersebut dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah. Aksi penyelamatan itu dilakukan pada 29 April 2017 setelah mereka mendapatkan informasi dari kapolres Kapuas Hulu, Kalimantan Tengah.
BOSF menjelaskan, pemeriksaan fisik awal oleh tim medis, menyatakan orangutan yang diselamatkan itu adalah kategori albino, dengan warna bulu, mata, dan kulitnya sangat pucat dibanding orangutan normal. Orangutan ini disebutkan sensitif terhadap cahaya.
"Kami terus melanjutkan observasi dan tes kesehatan terhadapnya," tulis BOSF.
Terkait dengan rencana pelepasliaran orangutan itu kembali ke alam liar, BOSF mendapat masukan dari pengguna Facebook bernama Diky Firmansyah.
Pengguna Facebook itu mengkhawatirkan, jika orangutan itu dilepas tidak akan bertahan hidup. Sebab, satwa itu tak akan mendapatkan koloni seperti layaknya reptil dan akhirnya bisa mati sia-sia.
Menjawab masukan pengguna Facebook tersebut, BOSF memastikan selalu semaksimal mungkin menyelamatkan orangutan.
"Kami tidak akan menempatkan dia dalam situasi yang dapat membahayakannya," kata BOSF.
Saat diselamatkan, orangutan betina yang berusia lima tahun itu tanpa induk betinanya. Padahal, di alam liar, bayi orangutan akan dijaga ketat oleh induknya sampai orangutan berusia 6-8 tahun.
BOSF menjelaskan, induk betina orangutan akan secara ketat melindungi keturunan mereka dan tidak akan mencampakkan bayi mereka.
"Kami berasumsi induk betinanya mati dengan tragis terbunuh dan orangutan itu diambil dari induknya," kata BOSF.
Sebelum diselamatkan, hewan tersebut beraktivitas di hutan dekat desa terpencil di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Tengah. Juru bicara BOSF, Nico Hermanu, memperkirakan orangutan betina ini berusia lima tahun. Namun demikian, mereka akan melepasnya ke alam liar dalam waktu dekat.
Menurut badan International Union for Conservation of Nature (IUCN), orangutan Kalimantan dikategorikan sebagai hewan yang ‘kritis terancam punah’. Berdasarkan data IUCN, populasinya turun lebih dari 60 persen antara 1950-2010, karena perusakan habitat dan perburuan. Jumlah orangutan diperkirakan turun lagi sebesar 22 persen antara 2010-2025. Hampir 500 orangutan dipelihara oleh BOSF. (art)