Tiga Siswa SMP asal Semarang Juara Lomba Sains di China

Tiga siswa SMPN 2 Semarang mengukir prestasi dalam lomba sains bertajuk "The 8th Asean+3 Student Camp and Teacher Workshop for The Gifted in Science" di Beijing, China.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id – Tiga siswa SMPN 2 Kota Semarang, Jawa Tengah, berhasil menorehkan prestasi membanggakan di kancah Internasional. Ketiganya mampu memboyong medali emas dalam sebuah ajang sains bergengsi di Beijing, China. 

Voundra Amabel Aryona, Muhammad Bai'ata Farisi, dan Ali Akbar Alaydrus merupakan siswa kelas VII. Di Beijing, mereka mengikuti ajang sains bertajuk The 8th Asean+3 Student Camp and Teacher Workshop for The Gifted in Science, pada 16 Januari 2017.

Dalam ajang bergengsi itu, satu medali emas dan dua perak berhasil diraih lewat kategori dan tim lomba berbeda. Medali emas diperoleh Voundra Amabel Aryona dalam berkat konsep Bugs Over Brigde. Sebuah konsep infrastruktur jembatan yang menggabungkan energi solar panel dan turbin angin.

Voundra tergabung dalam tim asal Korea. Lewat ide mereka, konsep jembatan tak hanya berfungsi sebagai penghubung lalu lintas, namun juga untuk energi listrik yang ramah lingkungan.
 
"Jadi jembatan ini juga pembangkit listrik untuk penerangan jembatan juga menerangi 100 rumah warga di sekitar jembatan," kata Voundra di Semarang, Senin 6 Februari 2017.

Ide kreatif Voundra dan rekan timnya kemudian dinyatakan menang oleh dewan nilai juri dari sisi desain, seni, desain, fungsionalitas, ide sangat menarik, dan bisa diaplikasikan dengan nyata.

Sementara untuk Muhammad Bai'ata Farisi meraih medali perak dengan karya 3D Printing. Karya nyatanya berupa pen holder atau kotak tempat pensil dengan sistem 3D printing. Kapasitas kotak pensil ciptaannya ini bisa mencapai 150 cm kubik tiap prisma.

"Kita bikin tiga prisma sesuai lambang dari tiga negara yang tergabung dalam tim, yakni Indonesia, Myanmar, dan Tiongkok," ujar Faris.

Terakhir, Ali Akbar Alaydrus mendapatkan medali perak di ajang itu. Bersama rekan tim dari Swedia dan Tiongkok, mereka  berhasil membuat roket air dengan menerapkan prinsip-prinsip aero dinamis.

Berbahan kertas dan plastisin, roket yang dibuat mampu meluncur sempurna dengan kecepatan delapan detik.

"Kita mengalami kesulitan dengan rekan tim. Utamanya saat menyatukan ide. Orang swedia itu keras jadi susah kita satuin ide," ujar Ali.

Kepala Sekolah SMP 2 Semarang, Teguh Waluyo, bangga dengan prestasi yang ditorehkan tiga siswanya di Beijing. Harapannya, prestasi itu bisa ditiru siswa lain untuk bisa berjaya kembali di ajang internasional. 

"Tiap tahun siswa kita selalu dapat emas. Ini ajang tahunan yang kita ikuti. Maka pembinaan akan terus kita lakukan, " kata Teguh. (ren)