Menkominfo Kritik Program Born to Control

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, meresmikan program Program Born to Control di Jakarta pada Senin, 30 Januari 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri

VIVA.co.id - Program Born to Control yang baru diresmikan, langsung dikritik Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara. Kritikan itu dialamatkan pada nama program yang seakan-akan memantau pergerakan masyarakat.

"Saya sarankan, kalau bisa, mumpung belum ke mana-mana ya, diganti namanya: jangan Born to Control, karena persepsi, image-nya nanti itu kontrol kepada masyarakat, padahal sekarang yang jadi isu adalah kebebasan berekspresi," kata Menteri di Jakarta pada Senin, 30 Januari 2017.

Ia pun menawarkan nama pengganti program soal pencarian “tentara siber” Indonesia itu. "Born to Secure, Born to Protect," ujar Rudiantara.

Pria yang disapa Chief RA itu memberi alasan kenapa nama program atau merek itu sangat penting. Berdasarkan pengalaman di marketing, jangan tujuannya kepada diri sendiri, tetapi semua orang.

"Kontrol memang terhadap diri sendiri, 'lu gue kontrol’. Ini image-nya tidak terlalu bagus. Kalau protect atau secure itu lebih terhadap kita. Atau cari kata yang lain. Mau sebagus apapun, kalau kita tidak, caranya itu bisa mendegradasi program itu sendiri," katanya.

Chairman Program, Eva Noor, pun akan mengikuti saran Rudiantara tentang nama program. Eva mengatakan bahwa nama program Born to Control awalnya memang belum dipresentasikan di depan Menkominfo.

Disampaikan Eva bahwa nama program tidak akan berubah. Tetapi nanti akan diberi penjelasan yang lebih detail sehingga tidak mengarah mengontrol masyarakat di internet.

"Paling kita akan tambahkan tagline untuk mempertegas dari maksud program ini. Kalau kita ubah, tentu akan memerlukan biaya lagi," ujar Eva. (one)