Ilmuwan Ini Jadi Arkeolog karena Takjub Kemegahan Borobudur
Jumat, 21 Agustus 2015 - 06:25 WIB
Sumber :
- Viva.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id - Harry Truman Simanjuntak dianugerahi penghargaan Sarwono Awards. Sebagai arkeolog ia merasa bangga terhadap penghargaan yang diterimanya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Baca Juga :
"Rasa kaget bercampur heran dan senang pun muncul seketika, karena sebelumnya tidak pernah terpikirkan mendapatkan penghargaan itu," ujar Truman di Jakarta, Kamis, 20 Agustus 2015.
Berkecimpung di dunia arkeologi selama 38 tahun, Truman menuturkan bahwa bidang yang digelutinya berbeda dengan bidang lain. Ilmu yang mempelajari kehidupan manusia masa lalu itu harus selalu terjun ke lapangan dan sepi hiburan.
"Arkeologi adalah ilmu yang sepi dari tepuk tangan, langka dalam perbincangan, dan jauh dari kemewahan atau kekayaan. Menjadi peneliti arkeologi harus siap bergelayut dengan lumpur, debu, panas, dan hujan serta siap pula meninggalkan keluarga berhari-hari hingga hitungan minggu, untuk menjelajahi gunung, padang, huma, atau lautan," katanya.
Meski demikian, Truman mengatakan dunia arkeologi mengajarkannya untuk teliti, sabar, dan ulet dalam bekerja. Bahkan, arkeologi bagai bermain puzzle, karena harus menuntaskan pertanyaan-pertanyaan kehidupan masa lampau melalui serpihan yang berserakan.
"Untuk itu, perlu berdialog dengan tinggalan, situs, dan lingkungannya melalui berbagai instrumen analisis, percobaan peniruan, pengamatan, etnografi, studi bibliografi, dan yang sangat penting, menyerap data displin terkait. Dengan cara itulah, arkeolog memperoleh informasi tentang kehidupan masa lampau," katanya.
Truman mencintai arkeologi semenjak di bangku sekolah dasar. Saat itu, ia ingat betul perkataan gurunya ketika mengajar pelajaran sejarah.
"Borobudur sebuah candi yang sangat besar dan megah. Jika kalian rajin belajar, suatu saat pasti dapat mengunjungi sekaligus mengagumi keindahannya," Truman menirukan pernyataan gurunya.
"Borobudur sebuah candi yang sangat besar dan megah. Jika kalian rajin belajar, suatu saat pasti dapat mengunjungi sekaligus mengagumi keindahannya," Truman menirukan pernyataan gurunya.
Kata-kata sederhana itu yang menyihir Truman untuk terjun di dunia arkeologi. Hingga dalam perjalanan studinya ia memilih kuliah di Jurusan Arkeologi di Universitas Gajah Mada.
"Setelah itu, saya menemukan dunia saya menjadi peneliti (arkeologi) prasejarah di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Di lembaga yang cikal-bakalnya sudah berumur lebih satu abad ini, kesempatan pun terbuka lebar bagi saya menelusuri masa silam Nusantara dalam konteks Asia Tenggara dan Oseania," ujar pria kelahiran Pemantang Siantar, 27 Agustus 1951 itu. (one)