2017, Indonesia Bisa Produksi Mobil Listrik
Senin, 17 Agustus 2015 - 18:31 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Risky Andrianto
VIVA.co.id - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M Nasir meyakini, ke depan Indonesia bakal memproduksi mobil listrik murni buatan lokal. Ia optimis ambisi tersebut akan terwujud dalam hitungan beberapa tahun lagi.
"Ke depan Indonesia bakal punya mobil listrik di percaturan dunia. Target kami, tahun 2019 bisa teralisasi tapi harapannya tahun 2017 sudah terwujud," ujar Nasir ditemui di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Senin, 17 Agustus 2015.
Saat ini, disampaikannya, pihaknya masih belum bisa memproduksi mobil listrik sendiri. Maka dari itu, beberapa negara pun diincar oleh mereka untuk digandeng kerjasama.
"Misalnya kerja sama dengan Finlandia itu untuk masalah storage atau akinya. Terus bodinya nanti tidak berbahan fiber lagi, melainkan sudah alumunium," kata dia.
Nasir menuturkan kendala Indonesia belum mampu memproduksi mobil listrik sendiri, lantaran peneliti masih mewujudkannya dalam bentuk inovasi di riset, belum menuju tahap produk yang identik.
"Kendala kami adalah inovasi kita masih ditahap riset belum scale up," ujar dia.
Nasir pun mempaparkan berdasarkan level-level inovasi dari tahap riset hingga menuju siap untuk dikomersialisasikan. Dia menjelaskan, saat ini berada di level 6. Artinya, masih dalam tahap riset. Sedangkan, untuk tahap industri harus memasuki level 7.
"Kita masih di level 6. Di level 7 itu sudah masuk industri dan pada level 8 serta 9 itu artinya sudah masuk pasar," kata Nasir.
Disinggung mengenai perusahaan Indonesia atau lokal yang bisa diajak kerjasama dalam memproduksi mobil listri, Nasir menjelaskan perusahaan lokal belum bisa digandeng untuk persoalan tersebut.
"Perusahaan Indonesia belum ada yang mampu, harus asing untuk saat ini," katanya.
Baca Juga :
"Ke depan Indonesia bakal punya mobil listrik di percaturan dunia. Target kami, tahun 2019 bisa teralisasi tapi harapannya tahun 2017 sudah terwujud," ujar Nasir ditemui di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Senin, 17 Agustus 2015.
Saat ini, disampaikannya, pihaknya masih belum bisa memproduksi mobil listrik sendiri. Maka dari itu, beberapa negara pun diincar oleh mereka untuk digandeng kerjasama.
"Misalnya kerja sama dengan Finlandia itu untuk masalah storage atau akinya. Terus bodinya nanti tidak berbahan fiber lagi, melainkan sudah alumunium," kata dia.
Nasir menuturkan kendala Indonesia belum mampu memproduksi mobil listrik sendiri, lantaran peneliti masih mewujudkannya dalam bentuk inovasi di riset, belum menuju tahap produk yang identik.
"Kendala kami adalah inovasi kita masih ditahap riset belum scale up," ujar dia.
Nasir pun mempaparkan berdasarkan level-level inovasi dari tahap riset hingga menuju siap untuk dikomersialisasikan. Dia menjelaskan, saat ini berada di level 6. Artinya, masih dalam tahap riset. Sedangkan, untuk tahap industri harus memasuki level 7.
"Kita masih di level 6. Di level 7 itu sudah masuk industri dan pada level 8 serta 9 itu artinya sudah masuk pasar," kata Nasir.
Disinggung mengenai perusahaan Indonesia atau lokal yang bisa diajak kerjasama dalam memproduksi mobil listri, Nasir menjelaskan perusahaan lokal belum bisa digandeng untuk persoalan tersebut.
"Perusahaan Indonesia belum ada yang mampu, harus asing untuk saat ini," katanya.