Qualcomm Janji Tekan Harga Smartphone 4G Dibawah Sejuta

Press release Qualcomm terkait teknologi 4G
Sumber :
  • VIVA/Agus Tri
VIVA.co.id
- Saat ini, teknologi 4G Long Term Evolution (LTE) sudah mulai berkembang di Indonesia, setelah pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama operator menggelar layanan internet cepat berbasis mobile tersebut.


Bermula dari akhir Desember 2014, di mana digelarnya layanan 4G LTE di pita frekuensi 900 MHz. Kemudian, berkembang ke spektrum yang lebih ideal lagi dengan dikomersilkannya 4G LTE pada pita frekuensi 1800 MHz.


Meski spektrum 900 MHz dan 1800 MHz telah dikomersilkan, ekosistem dari layanan 4G tersebut masih belum stabil, salah satunya dari ketersediaan handset yang terjangkau oleh masyarakat. Sebab, diketahui mahalnya smartphone 4G di pasar gadget Indonesia, komponennya yang masih mahal, salah satunya adalah chipset.


Perusahaan penyedia chipset, Qualcomm pun mengakui akan hal itu. Untuk itu perusahaan asal Amerika Serikat ini berupaya untuk menghadirkan chipset yang terjangkau, sehingga dapat menekan harga dari ponsel 4G tidak mahal.


"Penetrasi penggunaan 4G di Indonesia kita harapkan bisa berlangsung dengan cepat. Qualcomm sebagai penyedia solusi teknologi juga turut mendorong proses pematangan ekosistem 4G, khususnya menyediakan ponsel yang terjangkau," ungkap Director and Country Manager Qualcomm, Shannedy Ong di Jakarta, Rabu, 8 Juli 2015.


Bahkan, Shannedy menyebutkan kalau Qualcomm menargetkan adanya
smartphone
4G dikisaran Rp1 juta. Angka ini, lanjut dia, dianggap Qualcomm dirasa cukup, sehingga semua kelas pasar dapat merasakan kemajuan teknologi komunikasi.


"Kita maunya harga handset 4G bisa di bawah Rp1 juta. Kita akan gandeng produk lokal, supaya mau ikut menekan harga produknya dan penetrasi bisa berlangsung cepat. Sementara ini, sudah dimulai oleh Polytron dengan smartphone Zap 5 yang diluncurkan beberapa waktu lalu," tutur pria yang baru memimpin Qualcomm Indonesia ini.

Shannedy mengemukakan prediksi Qualcomm akan teknologi 4G ini akan mengalami penetrasi jauh lebih cepat, ketimbang yang dirasakan saat mengadopsi teknologi 3G. Menurutnya, teknologi 3G mengalami pertumbuhan yang lambat sejak dihadirkan tahun 2006 lalu, dimana hanya mampu menggaet 30 persen dari total seluruh pelanggan seluler di Indonesia.

"Adopsi teknologi 4G kami ekspektasi bakal lebih cepat daripada 2G ke 3G, karena orang-orang sekarang sudah terbiasa mengakses internet. Lagipula, teknologi 4G hadir untuk meningkatkan pengalaman pengguna telekomunikasi jadi lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka," tutur dia.