Australia Pernah Gunakan 'Pendeteksi Kebohongan Penis' buat Obati Gay
- abc
Pada akhir tahun 1960-an dan tahun 1970-an, Australia pernah mengenal "pendeteksi kebohongan penis" yang digunakan untuk "menyembuhkan" pria gay.
Alat bernama penile plethysmograph itu merupakan karya Dr Neil McConaghy, seorang dokter praktek di Sydney yang melakukan terapi penyembuhan gay.
Alat itu berfungsi mengukur perubahan volume penis seorang pria yang mendapatkan rangsangan erotis.
Saat itu, homo bukan hanya diklasifikasikan sebagai gangguan medis, tapi juga ilegal di Australia.
"Terapi penyembuhan dimaksudkan untuk mengubah perilaku manusia yang dianggap menyimpang atau abnormal dengan metode psiko-fisiologis," kata Kate Davison, mahasiswa PhD pada University of Melbourne.
"Yaitu, dengan membangun asosiasi fisik dan psikologis antara perilaku homo dengan perasaan atau sensasi yang tidak menyenangkan," jelasnya kepada ABC.
Kate Davison menemukan foto alat ini di saat meneliti arsip pribadi Dr McConaghy.
Jika pendeteksi kebohongan biasa mengukur fluktuasi emosional, maka penile plethysmograph didesain melalui mekanisme yang lebih fisiologis.
"Ada logam dipasang di ujung lain tabung ini dan dimasukkan ke mesin transduser, yaitu mesin elektronik yang mengukur perubahan volume," jelas Davison.
Transduser itu dihubungkan dengan pensil yang menempel pada tuas yang merekam perubahan pada selembar kertas.
"Jadi prinsipnya alat ini dirancang untuk menguji respons terhadap rangsangan erotis," katanya.
Rangsangan yang digunakan, katanya, bervariasi mulai dari pria dan wanita telanjang hingga kereta yang tiba atau meninggalkan stasiun, bebek dan angsa di kolam, atau orang yang melintasi jembatan di Sungai Thames.
Penuturan mantan pasien
Seorang mantan pasien Dr McConaghy adalah Fabian LoSchiavo. Dia menjalani rawat inap di bangsal psikiatris di Sydney pada tahun 1973.
Terapi yang dia jalani saat itu sebanyak tiga kali sehari dan berlangsung selama seminggu.
Dia mengaku ada dua sosok Fabian dalam dirinya saat itu. Yang satu menyukai keintiman, sedangkan yang lain membencinya.
"Profesor McConaghy bilang dia mampu menghambat seksualitas saya, sehingga saya tak perlu melakukan aktivitas yang akan membuatku kesal," jelas Fabian.
Dia berharap akan menyingkirkan dorongan seksualitasnya dan kembali ke seminari menjalani kehidupan tanpa hasrat seksual.
Sejumlah rekannya saat itu sudah memperingatkan Fabian. Namun dia lebih memilih untuk ikut terapi.
Fabian mengaku masih ingat betul rasa terhina akibat terpapar alat plethysmograph.
"Mereka meletakkan kabel di jari, lalu memasukkan penis ke benda yang ada di foto itu," katanya.
Pasien pun menunggu dan akan diperlihatkan rangsangan yang terkadang menyebabkan "sengatan" jika volume penisnya membesar.
Fabian mengaku malu jika mengingat kembali proses ini. "Karena saya melepas celana," ujarnya.
Dia tidak kembali lagi ke terapi lanjutan enam bulan setelah terapi tahap awal yang dijalaninya.
"Saya sudah berbuat, sudah melakukan semua yang bisa demi menuruti keinginan Gereja atau Tuhan," kata Fabian.
Kejutan listrik
Kiriman: Neil McConaghy Papers/Kate Davison
Di samping plethysmograph, Dr McConaghy juga menggunakan apomorphine dan kejutan listrik dalam terapinya.
Kejutan listrik atau morpin disuntikkan dengan dosis yang akan menyebabkan mual ketika pasien diperlihatkan foto-foto pria lain.
Dr McConaghy menggunakan teknik tersebut bukan untuk mengubah orientasi seksual pasiennya. Melainkan untuk menghambat munculnya keinginan "menyimpang".
"Dia tidak tertarik untuk menghilangkan gay," ujar Davison.
Dr McConaghy, katanya, melakukan terapinya untuk membantu pasien berdamai dengan kendala sosial yang ada.
Dr Sue Wills, ilmuwan politik dan aktivis LGBTIQ, menilai terapi yang dilakukan Dr McConaghy bertujuan membantu gay mengubah orientasi seksualnya, serta ingin mengetahui cara otak bekerja dalam hal seksualitas.
Dr Will pernah mewawancarai Dr McConaghy pada 1970-an dan berkampanye menentang terapi yang dia lakukan.
Dia berusaha menyakinkan Dr. McConaghy bahwa masalah terbesar yang dihadapi kaum homo bukanlah seksualitas mereka tetapi reaksi orang terhadapnya.
Upaya Dr Willis melobi langsung ke Dr McConaghy tidak membuahkan hasil. Namun opini publik tentang efektivitas pengobatan ini pun berubah.
Kaum homo saat itu dianjurkan agar berhenti menjalani terapi sehingga dokter ini pun kehilangan pasien.
Menurut Kate Davison, pada akhir karirnya Dr McConaghy turut meragukan efektivitas terapi serta Teori Pavlovian yang mendasarinya.
Dr McConaghy meninggal dunia tahun 2005. Namun Fabian masih mempertanyakan mengapa sang dokter melakukan terapi seperti itu.
"Tapi saya tidak akan mencekik lehernya. Saya bisa paham bahwa dia, karena alasannya sendiri, terjebak dengan pemahaman psikiatris ini," ujarnya.
Simak berita selengkapnya di sini.