Kalangan Ibu-ibu Gampang Termakan Hoaks Ketimbang Remaja
- ANTARA FOTO/Rahmad
VIVA – Literasi digital ternyata tak hanya melibatkan anak muda. Kementerian Kominfo juga masuk ke level usia yang lebih tinggi.
Beberapa acara literasi juga diadakan mengikuti wilayahnya. Misalnya di kota besar dengan acara musik, sedangkan di kampung menampilkan pertunjukan rakyat seperti wayang.
"Nah yang suka menyebar hoaks boleh dikatakan bukan lagi masuk anak muda. Literasi digital ke mana-mana, ke kampung-kampung. Jadi bukan hanya ke milenial saja." kata Menteri Kominfo, Rudiantara di di acara Siberkreasi Netizen Fair 2018, Jakarta, Sabtu, 24 November 2018.
Literasi menurutnya sangat baik untuk menangani isu konten negatif jangka panjang dan paling strategis.
"Literasi yang punya daya tahan paling tinggi. Nah karenanya dikombinasikan penindakan di dunia maya di Kominfo," ujar Rudiantara.
Dia menyatakan memang kebanyakan yang sering menyebarkan hoaks bukan anak muda. Untuk ibu-ibu ini, Rudiantara selalu mengingatkan untuk menjauhi menyebarkan lagi berita bohong.
Salah satunya dia memberitahukan bahwa pesan yang ada tanda panah atau pesan forward, bukanlah pesan asli dari si pengirim. Rudiantara mengingatkan untuk langsung saja menghapusnya.
"Kalau saya ke ibu-ibu sederhana. 'Ibu punya ponsel kan. Ibu beli pulsa kan. Ibu jangan asal nerima saja. Jangan asal teruskan saja," kata dia.
Untuk anak muda, dia menceritakan bahwa penggiat media sosial, Nukman Luthfie memberitahunya bahwa para anak muda tidak suka hoaks. Mereka malas untuk menyebarkan informasi yang tidak jelas.
"Mereka paling males nyebarin informasi yang enggak jelas. Karena anak muda, milenials, mau menunjukkan jati diri 'saya bisa apa'," kata Rudiantara.