Indonesia Inginkan Teknologi Ramah Ozon Tanpa Rusak Lingkungan
- REUTERS
VIVA – Indonesia sebenarnya tidak terpengaruh langsung terhadap ozon akibat perputaran Bumi berada di bagian Kutub Utara dan Selatan.
"Nah, negara yang banyak berkorban sebenarnya di sana, Australia, Greenland itu akan terpengaruh dengan adanya lubang ozon itu. Paling banyak di Kutub Selatan," kata Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ruandha Agung Sudirman, di Acara Hari Ozon Internasional 2018 Kawasan CFD, Jakarta, Minggu, 16 September 2018.
Dia menambahkan, karena berada di Khatulistiwa itulah Indonesia tidak terlalu terpengaruh dengan ozon. Namun dengan populasi yang banyak dan penggunaan pendingin maka perlu komitmen untuk menjaga bersama lapisan ozon itu.
Sejak 2015, penggunaan zat HCFC yang berbahaya bagi lapisan ozon sudah tidak digunakan lagi dan diganti dengan teknologi HFC.
Namun bagi barang elektronik dengan HCFC masih bisa ditemukan pada produk yang diproduksi sebelum 2015. Inilah mengapa perlu teknisi dilatih untuk mengetahui dasar repair agar tidak melepas bahan perusak ozon itu.
"Dari tahun kemarin. Dari Jakarta dan beberapa daerah," kata Direktur Mitigasi Perubahan Iklim, Emma Rachmawaty.
Pelatihan ini memang belum diwajibkan, namun Emma mengatakan komitmen pihaknya untuk memperbanyak teknisi dengan pengetahuan luas itu.
Dia mengungkapkan bahwa komitmen untuk mengurangi dampak akibat HCFC pada 2020 adalah 20 persen, sedangkan gas itu hilang 100 persen pada 2035.
Penggunaan HFC sendiri juga sebenarnya tidak menyelesaikan masalah. Walaupun teknologi itu ramah ozon, namun sayangnya bisa menyebabkan gas rumah kaca.
"HFC gas rumah kaca jangan sampai melindungi lapisan ozon tapi berdampak pada perubahan iklimnya," kata Emma.
Dengan menurunkan secara bertahap HCFC juga berbarengan dengan penurunan HFC, diharapkan sudah mulai menurun 10 persen pada 2029 mendatang.
Menurut Emma, pihaknya berharap ada teknologi yang bisa aman bagi ozon tapi juga tidak berdampak bagi kerusakan lingkungan lainnya juga.
Kesadaran masyarakat Indonesia sendiri terhadap perlindungan ozon juga sudah terbangun. Emma mencontohkan bahwa mereka sudah mulai memilih barang elektronik yang dilabeli stiker teknologi ramah ozon.
"Masyarakat sebenarnya sudah mengenal barang yang ramah ozon. Memilih yang ada stikernya," ujarnya. (ase)