WHO Ketar-Ketir, Dunia Hadapi Ancaman Serius

Pelayanan kesehatan di Korea Selatan paling memuaskan
Sumber :
  • Reuters

VIVA – Petinggi Badan Kesehatan Dunia atau WHO ketar-ketir dengan situasi dunia yang terancam. Dunia bisa mengalami masalah yang sangat serius dan berdampak pada kehidupan manusia. 

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom menjelaskan, jika ancaman mengerikan itu tak segera ditanggulangi, maka dunia kematian penduduk bumi akan segera menjadi bencana. 

Dikutip dari Futurism, Selasa 13 Februari 2018, Adhanom menjelaskan, keadaan mengerikan 100 tahun lalu yakni dengan epidemi flu Spanyol, bisa kembali melanda penduduk bumi. Namun dengan tegas, Adhanom menjelaskan epidemi itu yang dikhawatirkan itu bukanlah virus Ebola, meningkatkan rabies pada populasi hewan atau peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS. 

Adhanom menuturkan, kekhawatiran yang mengancam penduduk bumi bukanlah sebuah penyakit, tapi komitmen pemerintahan negara dunia dalam cakupan kesehatan universal (Universal Health Coverage). 

Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, UHC merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bermutu dengan biaya terjangkau.

Cakupan universal mengandung dua elemen inti yakni akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan.

"Cakupan kesehatan universal merupakan ancaman terbesar bagi kesehatan global," jelas Adhanom dalam pertemuan tingkat tinggi World Government Summit di Dubai. 

Pejabat WHO itu mengakui, memang cakupan kesehatan universal sudah menjangkau hampir semua negara. Namun nyatanya, 3,5 miliar penduduk bumi masih kekurangan akses layanan kesehatan pokok. Ironisnya lagi, 100 juta penduduk bumi masih menderita dengan kemiskinan ekstrem, tidak punya biaya membayar perawatan dari kocek mereka sendiri. 

Menurutnya, akses terhadap kesehatan semakin tak kacau lantaran perlindungan yang ditawarkan WHO tergantung dari dana pemerintahan negara. 

Komitmen negara dalam penanggulangan penyakit maupun epidemi menjadi sorotan Adhanom. Bisa dilihat, Amerika Serikat mengurangi dana pencegahan epidemi mereka hingga 80 persen, padahal negeri Paman Sam itu kini terancam dengan musim demam parah. Kondisi di AS, menurutnya, adalah salah satu cermin komitmen rendah pemerintah untuk meminimalisasi epidemi. 

Adhanom mengkritik, sikap pemerintahan negara yang main menarik program pencegahan epidemi. Sikap tersebut menurutnya, menunjukkan masih kental melihat kesehatan mengharuskan pemerintahan negara mengeluarkan biaya, bukan melihat kesehatan sebagai investasi bagi warganya di masa depan. 

"Padahal manfaat cakupan kesehatan universal jauh melampaui kesehatan. Sistem kesehatan yang kuat sangat penting bagi ekonomi yang kuat juga," jelasnya. 

Dengan melihat komitmen pemerintahan yang main menarik dana pencegahan epidemi tersebut, Adhanom angkat tangan kapan pandemi global akan terjadi lagi. 

"Kami tak tahu di mana dan kapan pandemi global berikutnya akan terjadi. Tapi kami tahu ini akan membawa dampak buruk bagi kehidupan dan ekonomi manusia," kata Adhanom. (ase)