Matahari Bakal Mendingin Ekstrem

Ilustrasi ledakan di permukaan Matahari
Sumber :
  • www.pixabay.com/Buddy_Nath

VIVA – Tim fisikawan Amerika Serikat memperkirakan Matahari mendingin ekstrem dalam beberapa dekade ke depan. Pada 2050, pusat Tata Surya itu akan mengalami titik terendah dalam siklus 11 tahun, yang dinamakan Grand Minimum. 

Pada saat Grand Minimum itu, jantung Matahari akan beristirahat dan hasilnya permukaan sang surya menjadi tenang tidak mengeluarkan radiasi ultraviolet dan bintik Matahari. 

Kondisi itu berbeda 180 derajat saat Matahari dalam kondisi puncaknya. Saat titik puncaknya, terjadi fusi nuklir pada jantung Matahari mengeluarkan lebih banyak magnet ke atmosfer Matahari. Dan pada gilirannya akan merilis radiasi ultraviolet, bintik Matahari serta suar yang lebih banyak. 

Dikutip dari News.com, Kamis 8 Februari 2018, kala Matahari mengalami Grand Minimum, planet-planet yang mengitarinya akan terdampak. 

Bagi Bumi, dampak Grand Minimum pada induknya itu akan menipiskan lapisan ozon pada stratosfer. Kondisi ini memberi efek isolasi atmosfer Bumi dan menjadikan adanya perubahan besar pada pola angin serta cuaca.

Fisikawan University of California San Diego Amerika Serikat, Dan Lubin menuturkan, berdasarkan data Grand Minimum sejak abad ke-17 dan data rekaman Matahari selama 20 tahun terakhir dari satelit internasional Ultraviolet Explorer, timnya melakukan simulasi. Dalam pendalaman bahan data itu, timnya menemukan Matahari cenderung menjadi 7 persen lebih dingin dari Grand Minimum biasanya.

Satu simulasi Grand Minimum pada iklim Bumi saat ini menunjukkan terjadi pengurangan pemanasan Matahari sebesar 0,25 persen selama periode 50 tahun antara 2020 hingga 2070.

Sementara itu, suhu permukaan udara rata-rata global akan mendingin beberapa derajat celsius, pada tahun-tahun awal. Pengurangan suhu ini bisa berlangsung cepat disusul oleh tren yang terus meningkat. 

"Grand Minimum Matahari masa depan bisa melambatkan tapi tak menghentikan pemanasan global," tulis peneliti dalam studi tersebut.

Dengan simulasi dan kajian Grand Minimum Matahari tersebut, Lubin berpandangan, kini peneliti memiliki tolak ukur untuk menjalankan simulasi model iklim yang lebih baik. 

Manfaat lainnya, peneliti bisa mengambil gagasan yang lebih baik bagaimana perubahan radiasi ultraviolet Matahari memengaruhi perubahan iklim.