Arti Penting Warna Merah Darah di Gerhana Bulan Total
- www.pixabay.com/skeeze
VIVA – Salah satu yang menarik dari pengamatan Gerhana Bulan Total yaitu penampakan bulan yang bakal berwarna merah kemerahan. Beberapa orang menyebutnya warna bulan saat gerhana total yakni ‘merah darah’ atau Blood Moon. Warna merah darah itu menunjukkan derajat kotor atau bersihnya atmosfer bumi.
Warna merah kemerahan tersebut sejatinya bukan warna asli bulan yang tertutup bayangan bumi. Warna merah muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi.
Kepala UPT Observatorium Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Lampung, Hakim Luthfi Malasan menjelaskan, sifat atmosfer bumi menghamburkan cahaya biru dari sinar matahari, dan komponen struktur cahaya lainnya, yakni merah diteruskan ke permukaan bulan.
"Makanya dasarnya warna bulan itu putih, kemudian menjadi merah (dalam gerhana). Tiap gerhana bulan itu warnanya tidak hitam tapi merah," jelasnya kepada VIVA, Rabu 31 Januari 2018.
Hal menarik dari warna merah kemerahan bulan ini, menurut Hakim, menjadi indikator seberapa kotor atau bersihnya atmosfer bumi.
"Makin merah berarti menunjukkan atmosfer itu makin kotor," tutur dosen astronomi Institut Teknologi Bandung itu.
Derajat kekotoran atmosfer menunjukkan pada atmosfer bumi terdapat debu yang lebih banyak. Hakim menuturkan, derajat debu bisa berasal dari faktor alam misalnya gunung berapi meletus dan kegiatan serta aktivitas manusia.
Apalagi beberapa waktu terakhir ini, banyak sekali gunung meletus di berbagai tempat. Erupsi beberapa gunung itu bisa mengakibatkan deposit debu berada di ketinggian atmosfer bumi.
"Dan bisa menyebabkan warna merah," katanya.
Hakim mengharapkan warna merah bulan pada gerhana malam hari ini tidak begitu merah.
Selain itu pengamatan pada warna merah gerhana bulan ini bisa menjadi bekal peneliti untuk membandingkan perkembangan kadar atmosfernya, dengan melihat data merah bulan dari gerhana bulan satu ke gerhana bulan yang lainnya.
Gerhana Bulan Total akhir Januari ini akan disertai dengan Supermoon dan Blue Moon. Bahkan, gerhana ini disebut sebagai Blood Moon.
Momentum Supermoon terjadi, lantaran pada 31 Januari 2018, bulan bakal berjarak terdekat dengan bumi (perigee), yakni 358.993 kilometer dari bumi. Hal ini menjadikan penampakan purnama akan lebih besar dari normalnya purnama atau dikenal istilah Supermoon.
Purnama pada 31 Januari ini, akan menjadi yang kedua kalinya hadir selama Januari atau dikenal dengan istilah Blue Moon. Sedangkan istilah Blood Moon atau ‘bulan semerah darah’ muncul kala Gerhana Bulan total terjadi. Bulan akan berwarna kemerah-merahan.
Jadi pada 31 Januari nanti, terjadi fenomena purnama dan gerhana bulan, dan mengingat penamaan di atas, fenomena gerhana bulan total itu kadang disebut Super Blue Blood Moon atau Bulan Super Darah Biru.