Curhat Pelatih Perempuan Pertama di Timnas Italia

Pelatih timnas Italia U-16, Patrizia Panico
Pelatih timnas Italia U-16, Patrizia Panico
Sumber :
  • Calcio.it

VIVA.co.id – Nama Patrizia Panico sedang naik daun. Dia menjadi bahan pemberitaan karena menjadi pelatih perempuan pertama yang menangani tim laki-laki. Tidak tanggung-tanggung, dia melatih tim nasional Italia U-16.

Dalam waktu dekat, Patrizia akan memimpin anak asuhnya melakoni pertandingan uji coba. Salah satunya adalah melawan timnas Jerman U-16. Cerita menarik muncul darinya, karena selama ini di Negeri Pizza, sepakbola menjadi dominasi kaum laki-laki.

Perempuan berusia 42 tahun tersebut tidak memungkiri selama ini merasakan tidak enaknya diskriminasi. Meski begitu, dia tidak ingin rendah diri, justru Patrizia membuang rasa minder, dan terus optimistis memberikan kemampuan terbaiknya.

"Saya merasakan diskriminasi hampir setiap hari. Contohnya, orang-orang memiliki ekspektasi pelatih untuk selalu berteriak. Dan perempuan tidak bisa berteriak kencang," kata Patrizia saat diwawancara BBC.

"Dan kecilnya suara dianggap menjadi simbol dari kelemahan, tetapi menyimpan kepercayaan diri yang besar. Anda tidak perlu berteriak untuk membuat poin," imbuhnya.

Yang uniknya lagi, saat memimpin latihan, anak asuhnya memanggil Patrizia dengan sebutan Mister. Mendapat perlakuan seperti laki-laki, dia mengaku tidak ingin ambil pusing. Yang terpenting di dalam tim tetap ada rasa hormat.

"Ya, para pemain memanggil saya seperti pelatih laki-laki. Mister. Jujur saja saya tidak terlalu memikirkannya. Yang terpenting bagi saya adalah rasa saling menghormati," ungkapnya.

Patrizia sendiri baru saja memutuskan gantung sepatu. Dia memilih melanjutkan karier sebagai juru taktik. Selama aktif menjadi pemain, total sudah 110 gol dari 200 lebih pertandingan yang dimainkan bersama timnas Italia.

Dengan keberaniannya menjadi pelatih di tim laki-laki, Patrizia berharap ada banyak perempuan yang mengikuti jejaknya. Selama ini dia sering mendapatkan surat dari perempuan yang keheranan, karena menganggap sepakbola hanya untuk laki-laki.

"Mereka menganggap olahraga ini untuk laki-laki. Bahkan ketika Anda bermain bola gabung dengan laki-laki, perempuan tidak diberi bola. Tetapi sekarang semuanya telah berubah," ujarnya.