5 Tim 'Kuda Hitam' Ini Bisa Jadi Inspirasi Leicester Juara

Pemain Chile, Arturo Vidal, angkat trofi Copa America 2015
Sumber :
  • REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
VIVA.co.id -  Bola itu bundar. Pepatah ini seringkali menjadi kenyataan, di mana tim-tim 'kuda hitam' yang sebelumnya tak diunggulkan sanggup keluar menjadi juara.

Leicester City kini menjadi fenomena luar biasa tim kuda hitam. Hampir terdegradasi di musim lalu, The Foxes kini menjadi kandidat juara Premier League musim ini.

The Foxes sukses menekuk tim bertabur bintang, Manchester City 3-1 di Etihad Stadium, malam tadi. Kemenangan ini membuat mimpi fans Leicester bisa menjadi kenyataan.

Di era modern sepakbola saat ini, di mana kekuatan uang seringkali berbicara, tim-tim kuda hitam seringkali sulit bersaing. Ketika ada yang mampu menciptakan sejarah, itu akan terasa luar biasa.

Berikut 5 tim kuda hitam yang sukses keluar sebagai juara:

5. Atletico Madrid di La Liga musim 2013-14

Jika berbicara mengenai La Liga, sulit bagi tim manapun mengusik duopoli Real Madrid dan Barcelona. Faktanya, sejak musim 2004-05 hingga 2012-13, dua tim ini silih berganti menjadi juara.

Anomali terjadi di musim 2013-14. Di bawah kendali Diego Simeone, Atletico Madrid tampil mengejutkan dengan menjadi juara.

Pencapaian ini menjadi sejarah tersendiri bagi Atleti. Tak hanya menghentikan dominasi Madrid dan Barca, mereka juga mengakhiri paceklik gelar La Liga sejak musim 1995-96, atau 18 tahun sebelumnya.

Manisnya, sejarah tercipta di kandang Barcelona, Camp Nou. Mereka menjadi juara usai menahan imbang Blaugrana 1-1 di markasnya.

Atleti mengumpulkan 91 poin dari 38 pertandingan. Los Rojiblancos unggul 3 poin atas Barca dan Madrid.

***

4. Montpellier di Ligue 1 musim 2011-12

Kedatangan Qatar Sports Investments pada 2011, membuat Paris Saint-Germain menjadi tim yang ditakuti di Prancis. Les Parisiens memborong bintang-bintang dunia, dari mulai Diego Lugano, Javier Pastore, Maxwell, Alex, Thiago Motta, Blaise Matuidi, Kevin Gameiro, dan Jérémy Ménez. Tak cukup sampai di situ, pelatih top, Carlo Ancelotti juga didatangkan.

Namun, yang terjadi di musim 2011-12 malah di luar dugaan. Tim bertabur bintang PSG hanya puas menduduki posisi runner-up. Gelar juara direbut oleh Montpellier yang sama sekali tak diperhitungkan.

Di klasemen akhir, Montpellier mengumpulkan 82 poin dari 38 pertandingan, unggul 3 poin atas PSG. Ini menjadi gelar perdana Ligue 1 yang direbut Montpellier sepanjang sejarah.

Sukses Montpellier bertambah lengkap dengan keluarnya striker Olivier Giroud sebagai top scorer dengan raihan 21 gol, sama dengan gol bintang PSG, Nene.

3. FC Porto di Liga Champions 2003-04

Lazimnya, tim-tim yang merebut Liga Champions adalah tim-tim dengan tradisi tinggi dan materi tim melimpah. Namun, anomali terjadi di musim 2003-04.

Porto yang sebelumnya tak diunggulkan sanggup keluar sebagai juara. Tangan dingin Jose Mourinho membuat Porto menjadi yang terbaik, usai mengalahkan AS Monaco 3-0 di partai final di Arena AufSchalke, Gelsenkirchen.

Perjuangan Porto yang paling diingat saat menyingkirkan Manchester United di babak 16 besar. Dragoes menang 2-1 di Estadio do Dragao lalu menahan imbang Setan Merah 1-1 di Old Trafford.

Ini menjadi gelar Liga Champions/European Cup kedua untuk Porto. Sebelumnya, klub asal Portugal ini menjadi yang terbaik di musim 1986-87.

***


2. Timnas Chile di Copa America 2015

Meski menyandang status tuan rumah, Chile tak lantas menjadi unggulan di Copa America 2015. Argentina, Brasil, dan juara bertahan Uruguay masih lebih diunggulkan di ajang ini.

Sejarah akhirnya tercipta di Estadio Nacional, Santiago. La Roja meraih gelar internasional pertama usai mengalahkan tim favorit, Argentina, dengan skor 4-1 lewat adu penalti. Sebelumnya skor imbang 0-0 di waktu normal.

Dalam perjalanan menuju final, Chile sukses mengalahkan Uruguay di babak perempat final. Anak asuh Jorge Sampaoli ini memang layak menjadi yang terbaik.

1. Timnas Yunani di Piala Eropa 2004

Yunani sama sekali tak diunggulkan saat tampil di Piala Eropa 2004. Maklum, ini hanyalah keikutsertaan mereka yang kedua di turnamen tertinggi negara Eropa ini, setelah berpartisipasi pada 1980.

Dongeng indah akhirnya tercipta di Estadio Da Luz, Lisbon, pada 4 Juli 2004. Gol Angelos Charisteas di menit 57 membuat Yunani berpesta. Mereka mengalahkan tuan rumah Portugal 1-0, dan sukses menjadi juara Piala Eropa 2004. Ini menjadi gelar internasional pertama bagi Yunani.

Dalam perjalanan menuju final, Yunani sempat mengalahkan juara bertahan Prancis 1-0 di perempat final. Pelatih Yunani, Otto Rehhagel, benar-benar dianggap dewa oleh publik Yunani. Prestasi ini rasanya akan sangat sulit diulang sampai kapanpun. (one)