Survei: Mayoritas Peserta Kartu Prakerja Pengangguran Bekas Karyawan

Sumber :

VIVA – Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) mengumumkan hasil survei terhadap para penerima manfaat program kartu prakerja. Hasilnya, mayoritas dari mereka mengaku sebagai pengangguran yang pernah bekerja sebagai karyawan.

Koordinator Kelompok Kerja Kebijakan Sekretariat TNP2K, Elan Satriawan mengatakan, survei dilakukan terhadap 12 ribu peserta prakerja dari gelombang I-III yang berjumlah 680.918 orang. Survei dilakukan dari 19 Mei hingga 1 Juni 2020 dengan asumsi 50 persen penerima survei melalui email tersebut merespons.

"Survei ini lebih mirip atau kita namakan beneficery satisfaction survey, dalam dunia jasa seperti survei customer satisfaction. Survei ini mencoba mengukur persepsi subjektif dari customer atau dalam konteks prakerja penerima manfaat terkait kepuasan," kata dia saat telekonferensi, Senin, 8 Juni 2020.

Dia melanjutkan, dari hasil survei, komposisi gender penerima manfaat 66,53 persen adalah laki-laki dan perempuan 33,47 persen dengan rentang usia 35 tahun ke bawah 88 persen. Pendidikan terakhir penerima manfaat didominasi oleh SMA/SMK sederajat atau sebanyak 58,93 persen dan S1 sebanyak 25,27 persen.

Dari situ, kata Elan, 55,4 persennya menyatakan pernah bekerja sebagai karyawan, 37,6 persennya tidak bekerja atau tidak berusaha dan 7 persennya menyatakan memiliki usaha. Namun, saat pandemi covid-19, dia mengatakan, 80,8 persen menyatakan tidak bekerja atau menganggur, 12,1 persen pekerja dan 7,1 persennya punya usaha.

"Saya kira kalau bicara masalah sasaran walau ini terbuka untuk semua, apa yang kita lihat dari dominasi pengangguran yang menerima prakerja bisa melihat ini porgram tepat sasaran. Sebagian besar melaporkan mereka terpengaruh covid, di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dirumahkan dan sebagainya," ucap dia.

Sementara itu, secara substansi, Elan mengatakan, 96,7 persen peserta menyatakan setuju bahwa Kartu Prakerja merupakan program yang memberikan bantuan biaya pelatihan sekaligus bantuan untuk meringankan beban biaya hidup selama pandemi. Selain itu, 92,3 persen responden menyatakan program itu efektif meningkatkan kompetensi.

Akan tetapi, mayoritas responden atau 4.105 responden menyatakan memanfaatkan dana insentif kartu prakerja untui memnuhi kebutuhan sehari-hari. 1.228 reponden menyatakan untuk modal kerja, 1.101 untuk membiayai untuk mencari kerja, 905 untuk menabung, 611 membayar kredit atau utang dan 67 memberi pinjaman.

"Mereka juga menyampaikan menggunakan dana insentif mayoritas untuk kebuthan sehari-hari, kondisi yang riil di situasi saat ini maka saya kira bukan desain ideal porgram ini untuk mengkombinasikan antara program training dengan bantuan sosial, tapi optimal dan memang diperlukan safety net untuk mereka yang alami PHK atau menganggur," tuturnya.