Mengintip Sejumlah PR Utama Menteri Perindustrian yang Baru
- Agus Rahmat
VIVA – Kabinet Indonesia Maju sudah dilantik Presiden Joko Widodo. Sejumlah ekspektasi dari pelaku industri nasional cukup tinggi lima tahun ke depan, terlebih terpilihnya Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai Menteri Perindustrian yang baru.
Peneliti Senior Institute for Development Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mengatakan kinerja industri nasional tentunya bisa meningkat pada lima tahun ke depan dengan sejumlah catatan dan tentu bukan pekerjaan ringan.
Menurut dia, jika melihat catatan Badan Pusat Statistik (BPS), kerja keras yang harus dilakukan di sektor manufaktur tercermin dari realisasi pertumbuhan industri pengolahan yang secara tahunan baru menembus angka 3,54 persen pada kuartal II-2019.
Angka tersebut melambat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,88 persen. Bahkan, sampai pertengahan 2019 laju pertumbuhan sektor manufaktur yang paling kecil sejak kuartal II-2017 atau dua tahun lalu. Padahal, target pertumbuhan industri mencapai 5,4 persen sampai akhir 2019 nanti.
"Kementerian Perindustrian dalam tiga tahun terakhir di bawah Pak Airlangga Hartarto kinerjanya jeblok. Padahal beliau berpengalaman di Komisi VI DPR yang membidangi sektor industri, dan juga anaknya mantan Menperin,” ujar Enny dalam keterangannya, dikutip Senin 28 Oktober 2019.
Untuk itu, untuk mendorong sektor manufaktur tumbuh lebih baik, Enny memetakan dua PR utama yang harus bisa diselesaikan Agus Gumiwang apabila ingin dibilang sukses sebagai Menperin, yaitu melakukan Desentralisasi Industri sekaligus Sentralisasi Perizinan agar investor sektor pengolahan tertarik ke Indonesia.
"Pengembangan kawasan industri ke Indonesia Timur harus dilakukan karena lahan di Jawa sudah eksklusif. Selain itu kalau ingin memberikan nilai tambah bagi sumber daya alam komoditas melalui industrialisasi memang harus dilakukan di Indonesia Timur yang punya basis tambang, perkebunan, atau kelautan dan perikanan,” jelasnya.
Perizinan Investasi Satu Pintu