Akhir Tragis Bintang Lazio Mati Muda Ditembak Karena Prank Keterlaluan
- ilnobilecalcio.it
VIVA Bola - Sebagian dari kita semua menyukai lelucon dalam hidup. Termasuk di antaranya prank (mengerjai seseorang). Biasanya, pranks tidak berbahaya, seperti menggambar di wajah teman saat dia tidur.
Tapi, ada beberapa pranks yang jika dilihat kembali bisa saja berakhir buruk. Jika sebagian besar dari prank berakhir baik-baik saja, tapi tidak untuk Luciano Re Cecconi yang tewas dengan tragis akibat prank.
Legenda Malaikat Pirang
Luciano Re Cecconi yang dijuluki sebagai l'Angelo Biondo (Malaikat Pirang) adalah salah satu pemain sepakbola terbaik pada masanya. Dengan kecepatan, kekuatan, fisik, dan etos kerjanya, ia menjadi bagian yang tak tergantikan dalam skuat Lazio, tempat ia bermain dari tahun 1972 hingga 1977.
Selain penampilannya yang fenomenal di lapangan, Luciano Re Cecconi juga dikenal sebagai “pelawak” karena untuk selera humornya. Dan lelucon yang dia lakukan pula yang akhirnya menyebabkan dia mengalami kematian di usia muda.
Untuk kisah ini, kita melakukan perjalanan mundur ke Italia ke tahun bersejarah 1974. Ya, itu bukan tahun bersejarah dalam skema yang lebih besar, tetapi itu adalah tahun bersejarah bagi tim Lazio yang memenangkan Scudetto pertama mereka dalam sejarah klub dan salah satu dari dua Scudetto yang berhasil diraih Lazio dalam sejarah mereka hingga saat ini.
Luciano Re Cecconi adalah bagian dari tim peraih Scudetto Lazio pada tahun 1974 ketika mereka berhasil finis di atas Juventus dengan selisih hanya 2 poin. Saat itu Lazio memiliki tim yang sangat kuat, penuh dengan penyerang potensial, yang dianggap sebagai salah satu barisan penyerang terbaik dalam sejarah sepakbola.
Starting XI Lazio saat itu terdiri dari Pulici, Petrelli, Martini, Wilson, Oddi, Nanni, Garlaschelli, Re Cecconi, Chinaglia, Frustalupi dan D'Amico, yang mungkin terdengar asing bagi fans sepakbola yang lebih muda, tetapi bagi mereka yang mengikuti sepakbola Italia di tahun 1970-an, itu adalah nama-nama yang tidak ingin Anda lihat menjadi lawan di lapangan.
Gemar Membawa Senjata Api
Namun, tim Lazio kala itu juga memiliki sisi gelap. Meskipun mereka adalah kumpulan pemain yang luar biasa, ada juga fakta menarik di dalamnya. Saat itu, tim Lazio terkenal karena menjadi simpatisan politik sayap kanan yang ekstrim, yang berarti banyak pemain yang selalu membawa senjata api.
Meskipun hal itu mungkin terdengar aneh saat ini, tapi itu merupakan hal biasa pada saat itu. Tapi yang membuat membawa senjata menjadi buruk adalah kecerobohan mereka dengan senjata api yang kerap dibawa.
Kabarnya, para pemain Lazio sering menembakkan senjatanya tanpa alasan, atau bisa dibilang mereka menembak “untuk bersenang-senang”. Kondisi tersebut akhirnya membagi ruang ganti pemain menjadi dua bagian; mereka yang memiliki senjata dan mereka yang tidak menyetujuinya.
Terlepas dari ketidaksepakatan antara para pemain tentang penggunaan senjata, tim tersebut masih memiliki chemistry yang baik, yang sebagian besar dikendalikan oleh pelatih Luciano Re Cecconi.
Tragedi Maut Sebuah Lelucon
Menggunakan senjata dianggap hanya sebuah kesenangan dan permainan. Sampai pada malam tanggal 18 Januari 1977. Pada malam itu, Luciano Re Cecconi, Pietro Ghedin dan satu teman lainnya berjalan-jalan di kota dan menemukan ide prank yang mereka dapat lakukan kepada Bruno Tabochini, pemilik toko perhiasan di kota Roma.
Rencana prank mereka adalah menutupi wajah mereka dan melakukan perampokan palsu untuk menakut-nakuti Bruno Tabochini, hanya agar mereka menertawakannya nanti. Rencana itu kemudian terbukti menjadi yang terburuk dan lelucon terakhir yang dibuat Luciano Re Cecconi.
Luciano Re Cecconi dan temannya memasuki toko dengan wajah bertopeng dan senjata sambil berteriak "Angkat tangan!". Bahkan saat kita membacanya, ini sepertinya bukan ide yang cerdas, tetapi lelucon ini mungkin berjalan sesuai rencana jika tidak ada 1 detail kecil, yang mengubahnya menjadi mimpi buruk. Apa itu?
Toko perhiasan Bruno Tabochini baru saja dirampok hanya beberapa minggu sebelumnya. Dan dapat dimengerti jika Bruno Tabochini, pemiliknya, paranoid bahwa hal itu akan terjadi lagi, jadi dia mempersenjatai diri agar dia bisa membela diri lain kali.
Ketika Bruno Tabochini melihat "perampok", dia mengeluarkan senapannya, yang ditanggapi oleh sahabat karib Cecconi dengan mengangkat tangannya. Sementara Cecconi melanjutkan leluconnya dan menolak untuk mengangkat senjatanya.
Dalam keterkejutan dan ketakutan, pemilik toko menembak Cecconi dari jarak dekat dan mengenai dadanya. Cedera tersebut terbukti terlalu berat bagi gelandang legendaris yang dinyatakan meninggal dunia hanya 30 menit setelah kejadian tersebut.
Dikabarkan bahwa kata-kata terakhirnya adalah “Ini lelucon! Itu hanya lelucon!”. Tapi lelucon yang terlalu keterlaluan.
Malaikat Pirang itu meninggalkan dunia saat usianya masih 28 tahun dengan meninggalkan istri dan 2 anaknya. Itu adalah kematian yang tidak akan pernah dilupakan dan kematian yang akan tercatat sebagai kematian paling tragis yang pernah terjadi di dunia sepakbola.
Ini terbukti menjadi contoh utama dari "lelucon" yang salah. Namun, Cecconi akan tetap dikenang sebagai bagian dari tim legendaris Lazio 1973/1974 yang meraih gelar bersejarah juara Serie A.
Baca artikel Soccertainment menarik lainnya di tautan ini.