7 Sosok 'Captain Tsubasa' di Dunia Nyata

Captain Tsubasa.
Sumber :
  • Youtube

VIVA –  Sepakbola adalah permainan tim. Namun, ada kalanya kebesaran satu orang pemain mengalahkan seluruh tim. 

Jika kita bicara dunia fiksi, hal tersebut sangat lekat dengan sosok Captain Tsubasa. Dalam film kartun dari Jepang yang baru saja di-remake pada April 2018 ini, sosok Tsubasa Ozora dalam tim Nankatsu terlihat sangat menonjol.

Nankatsu yang semula hanyalah tim yang selalu mengalami kekalahan telak, berubah total dengan kehadiran Tsubasa. Mereka jadi tim tangguh dan sukses menjadi juara di kejuaraan antarsekolah.

Di dunia nyata, istilah ketergantungan pada satu pemain bisa disebut 'one man team'. Ada beberapa tim yang tadinya sulit juara. Namun, dengan kehadiran satu pemain ini mereka menjadi tim yang layak diperhitungkan.

Siapa saja mereka? Berikut ulasannya, seperti dilansir dari berbagai sumber:

1. Mohamed Salah (Mesir-Liverpool)
Mohamed Salah bisa dibilang sebagai "Tsubasa"-nya Mesir. Betapa tidak, Mesir yang sebelumnya tak pernah tampil di Piala Dunia sejak 1990, dibawanya lolos ke Piala Dunia 2018.

Salah berperan penting terhadap kelolosan Mesir ke Piala Dunia. Gol penaltinya di masa injury time, membawa The Pharaohs menekuk Kongo 2-1, sekaligus memastikan langkah ke Rusia.

Di timnya, Liverpool, peran Salah juga sudah seperti Captain Tsubasa. Meski The Reds punya bintang lain, Salah yang paling menonjol. Dia sukses mencetak 43 gol dari 49 pertandingan di semua kompetisi.

Berkat peran Salah juga, Liverpool sukses melaju ke final Liga Champions. Prestasi yang terakhir kali mereka raih pada 2007.

Saat Salah melempem, Liverpool sering kesulitan meraih kemenangan. Contohnya, saat The Reds takluk 0-1 dari Chelsea dalam lanjutan Premier League, 6 Mei 2018 lalu.

2. Cristiano Ronaldo (Portugal)
Di Real Madrid, peran Ronaldo memang menonjol. Namun, Los Blancos masih memiliki sederet pemain bintang. Jadi, CR7 lebih cocok disebut sebagai Captain Tsubasa saat bermain di Timnas Portugal.

Sebelum era Ronaldo, Portugal tak pernah diperhitungkan sebagai kandidat juara. Semua berubah saat Ronaldo tampil dan memasuki masa keemasan.

Dimulai dengan menjadi runner up Piala Eropa pada 2004, Portugal akhirnya sukses menjadi juara Eropa pada 2016. Meski Ronaldo cedera di final, dia ikut berperan dengan memberikan semangat di pinggir lapangan. 

Piala Eropa 2016 merupakan satu-satunya gelar internasional yang diraih Portugal. Maka tak salah menyebut Ronaldo sebagai Tsubasa-nya Portugal.

***

3. Lionel Messi (Argentina)
Sama seperti Ronaldo, peran besar Lionel Messi lebih terlihat saat membela Argentina. Sebab, Barcelona memiliki banyak pemain bintang yang bisa menggantikan peran La Pulga.

Argentina selalu kesulitan saat Messi absen. Yang terbaru, saat dihajar Spanyol 1-6 dalam laga persahabatan, 28 Maret 2018.

Argentina sukses lolos ke Piala Dunia 2018, berkat hattrick Messi ke gawang Ekuador. La Pulga membawa Albiceleste menang 3-1 di laga terakhir kualifikasi zona CONMEBOL.

Namun, yang membedakan Messi dengan Ronaldo adalah, Messi belum pernah membawa negaranya juara di level senior. Tentunya, tantangan bagi pemain 30 tahun ini untuk membuktikan diri di Piala Dunia 2018 nanti.

 

4. Gareth Bale (Wales)
Bale sangat berjasa membawa Wales lolos ke Piala Eropa 2016. Ini turnamen besar pertama yang diraih The Dragons sejak Piala Dunia 1958.

Di Piala Eropa 2016, Wales yang tak diunggulkan mampu melaju hingga semifinal. Lagi-lagi, Bale tampil bak kapten Tsubasa dengan sumbangan tiga golnya.

Bale banyak berkutat dengan cedera saat Wales tampil di Kualifikasi Piala Dunia 2018. Alhasil, Wales gagal melenggang ke Rusia.


5. Diego Maradona (Argentina-Napoli)
Peran Diego Maradona di Argentina pada 1977 hingga 1994 begitu menonjol. Tanpa Maradona, Albicelester seperti anak ayam yang kehilangan induk.

Puncaknya adalah pada 1986, saat Maradona membawa Argentina juara. Diwarnai dengan salah satu aksinya yang dikenal dengan gol 'Tangan Tuhan'.

Di Piala Dunia 1994, Maradona memimpin The Dream Team Argentina bersama Gabriel Batistuta, Abel Balbo, Claudio Caniggia, Fernando Redondo, Oscar Ruggeri, Diego Simeone dan kiper Sergio Goycochea begitu perkasa di 2 laga awal grup. Tim Tango melibas Yunani 4-0 dan Nigeria 2-1.

Di laga ketiga, Maradona harus absen akibat tersandung kasus doping. Argentina pun ambruk, kalah 0-2 dari Bulgaria. Meski masih lolos dari fase grup, langkah Argentina terhenti dari Rumania pimpinan Gheorge Hagi dan kalah 2-3 di babak 16 besar. 

Di level klub, kehebatan Maradona terlihat di Napoli. Partenopei yang sebelumnya tak pernah juara dibawanya dua kali merebut Scudetto Serie A pada 1986-87 dan 1989-90. Itu menjadi dua Scudetto yang diraih Napoli hingga saat ini.

 

***

6. Pele (Brasil/Santos)
Pemain yang satu ini dinobatkan sebagai d World Player of the Century versi  International Federation of Football History & Statistics (IFFHS) dan  FIFA Player of the Century bersama Diego Maradona. Perannya bersama Timnas Brasil memang tak perlu diragukan lagi.

Pele sukses membawa Brasil juara Piala Dunia tiga kali pada 1958, 1962 dan 1970. Dia menjadi satu-satunya pemain dengan tiga gelar juara dunia.

Pele tercatat sebagai top scorer sepanjang masa Brasil dengan 77 gol dari 92 penampilan. Rekor ini masih sulit dikejar oleh pemain lainnya.

Di klubnya, Santos, peran Pele juga tak tergantikan. Menurut catatan IFFHS, Pele mencetak 1.281 gol dari 1.363 pertandingan bersama klub dan timnas sepanjang kariernya, termasuk dalam laga tak resmi. 

7. Zlatan Ibrahimovic (Swedia)
Ibrahimovic sempat menjadi sosok yang tak tergantikan di Swedia pada 2001 hingga 2016. Saat itu, Swedia memang sangat tergantung pada sosok mantan pemain Inter Milan dan AC Milan ini.

Dominasi Ibra terlihat jelas dalam penghargaan individu Guldbollen atau Pemain Terbaik Swedia. Dia sukses merebut gelar ini 11 kali. 10 di antaranya secara beruntun pada 2007 hingga 2016.

Ibra tercatat sebagai top scorer sepanjang masa Swedia dengan 62 gol dari 116 penampilan. Menariknya, saat Ibra pensiun, Swedia tak lagi tergantung pada satu pemain. Mereka justru mampu mengejutkan dengan lolos ke Piala Dunia 2018 dengan menyingkirkan Italia di partai playoff.