Pekerjaan Rumah Premier League dan Liga Indonesia Masih Sama

Head of Stadia and Matchday Operation Premier League, Peter Kay
Sumber :
  • GGN Foundation

Bali, VIVA – Premier League tak seperti yang dibayangkan banyak orang. Kompetisi sepakbola bergengsi Inggris itu ternyata masih punya pekerjaan rumah terkait dengan suporter.

Hal ini terungkap dalam seminar yang diadakan oleh United Nations Office of Counter-Terrorism (UNOCT) bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) di Kartika Plaza Hotel, Bali pada 1-3 Oktober 2024.

Head of Stadia and Matchday Operation Premier League, Peter Kay hadir sebagai pembicara dalam seminar bertajuk "Harnessing the Power of Sports and its Values to Strengthen Social Cohesion and Impact on Community Resilience" tersebut.

Dalam paparannya, Peter Kay mengakui kerap kali Premier League dianggap sebagai kompetisi yang sempurna. Padahal mereka juga masih terus berhadapan dengan masalah suporter, sama seperti yang terjadi di negara lain.

"Cukup mengejutkan bagi kami karena dalam beberapa kesempatan, saya menemui orang menyangka Premier League memiliki seluruh jawaban, bahwa sepakbola kami cukup sempurna," kata Peter Kay.

"Tapi sebenarnyam masalah yang Anda hadapi, kami juga hadapi di Inggris. Jadi jangan kira Premier League tidak memiliki masalah," imbuhnya.

Sebelum Peter Kay memaparkan presentasinya, Sekretaris Tim Persiraja Banda Aceh, Rahmat Jaelani bertanya perihal dokumenter yang tayang di Netflix tentang kericuhan di final EURO 2020 antara Timnas Inggris melawan Timnas Italia.

Rachmad melihat bagaimana aparat keamanan di Inggris kesulitan dalam menangkal penonton tanpa tiket untuk menerobos masuk ke dalam stadion. Hal seperti itu seringkali ditemui dalam pertandingan sepakbola Indonesia.

Dia membayangkan hal tersebut terjadi di negara maju seperti Inggris yang selama ini dikenal dengan sepakbola modern dan industri olahraga yang sudah maju.

Apa yang diutarakan Peter Kay itu juga menjadi jawaban atas pertanyaan Security Officer Persija Jakarta, Hiero Paath tentang bagaimana cara mengatasi perilaku negatif dari suporter.

Dalam beberapa kesempatan, dia menemui suporter yang datang ke stadion dalam keadaan di bawah pengaruh alkohol juga narkoba. Kebiasaan tersebut membuatnya khawatir bisa memicu ke hal negatif lain di dalam tribun.

"Kebiasaan di sini juga, penonton memilih masuk ke dalam stadion itu H-1 jam, padahal pintu kami sudah buka sejak tiga jam sebelumnya. Akibatnya akan ada penumpukan di pintu masuk," tutur Hiero.