The Legendary: Belajar dari Kisah Leeds United, Klub Pernah Bangkrut

Para pemain Leeds United merayakan gol Jack Harrison
Sumber :
  • The Guardian

VIVA – Leeds United adalah salah satu klub sepakbola di Premier League. Mereka merupakan klub yang cukup sukses di Inggris. 

Deretan prestasi Leeds cukup meyakinkan. Tahun 1972 mereka menjuari Piala FA. Kemudian 1968 sukses mengangkat trofi Piala Liga. 

Leeds pernah menjadi finalis Piala Eropa (sekarang menjadi Liga Champions) 1975. Dan Leeds juga pernah menjuarai Liga Inggris (Premier League) 1969, 1974 dan 1992. 

Terakhir kali Leeds juara Liga Inggris 1991-1992, di mana itu adalah kompetisi terakhir First Division. Sebab setelah itu berganti nama menjadi Premier League sampai saat ini. 

Di masa jaya-jayanya dahulu, Leeds dihuni banyak pemain bertalenta luar biasa. Sebut saja,  Rio Ferdinand, Jonathan Woodgate, Mark Viduka, dan James Milner adalah pemain yang pernah bermain untuk Leeds. 

Sayangnya, kesuksesan Leeds saat itu, tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang baik. Klub ini bahkan memiliki hutang yang semakin menumpuk. 

Banyak uang yang dihabiskan oleh Leeds, terutama untuk menggaji pemain serta membayar biaya transfer. 

Ambisi besar dari Leeds lah yang akhrinya menenggelamkan klub tersebut. Tahun 2000/2001, Leeds memang sempat berhasil lolos ke semifinal Liga Champions. 

Sayangnya di musim 2002/2003 mereka tidak berhasil menembus Liga Champions karena hanya finish di peringkat lima klasemen Premier League. Penghematan pun kemudian harus dilakukan oleh Leeds setelah jor-joran mengeluarkan uang. 

Dikutip dari Wikipedia, hutang Leeds bahkan tembus of £119 juta (sekitar Rp2 triliun) saat itu. Padahal awalnya Leeds hanya memiliki hutang £9 juta (sekitar Rp171 miliar). 

Pemasukan Leeds dari penjualan tiket dan hak siara televisi pun habis untuk membayar hutang. 

Leeds pun kemudian harus menjual beberapa pemain bintangnya pada awal musim 2003/2004 untuk menutupi hutang tersebut. Harry Kewel ketika itu dijual ke Liverpool hanya £5 juta (sekitar Rp95 miliar). 

Tidak hanya itu saja, Leeds juga harus menjual Olivier Dacourt ke AS Roma dengan mahar £3,5 juta (sekitar Rp57 miliar). Kemudian Nigel Martyn hanya dijual sebesar £500 ribu (sekitar Rp9,5 miliar). 

Meski saat itu Leeds sebenarnya masih diperkuat oleh Mark Viduka. Tapi saat kompetisi berakhir, Leeds hanya menduduki peringkat 19 dan terdegradsi ke Divisi Championship. 

Masalah Leeds semakin buruk pada musim 2006/2007. Mereka terkena masalah administrasi dan harus menerima hukuman pengurangan 10 poin. 

Untuk pertama kalinya mereka pun terdegradasi ke League One (kasta ketiga di Premier League). Bermain di League One, Leeds masih harus berkutat dengan keuangan yang sepertinya tak kunjung berakhir. 

Bahkan Leeds hampir saja gagal berkompetisi di League One karena masalah finansial. Bahkan Leeds sempat berganti-ganti pemilik. 

Baca juga: Aneh, Disediakan Kursi Nyaman, Manajer Leeds Pilih Duduk di Ember

Tahun 2017, masa depan Leeds sudah mulai terlihat cerah setelah pebisnis asal Italia, Andrea Radrizzani mengambil alih klub. Ia pun secara berlahan mulai memperbaiki kondisi klub. 

Salah satunya adalah mendatangkan manajer sekelas Marcelo Bielsa. Pria asal Argentina inilah yang kemudian berhasil membawa Leeds promosi ke Premier League musim 2020/2021 setelah menanti selama 16 tahun. 

Tidak hanya itu saja, Radrizzani juga berhasil menyelesaikan pembelian Stadion Elland Road, yang tidak dimiliki oleh klub sejak 2004. Ketika Leeds terpaksa menjual stadionnya untuk membayar hutang. 

Saat itu perusahaan raksasa British Virgin Island, yang membelinya dan kemudian memiliki sampai 13 tahun. 

Kini Leeds telah kembali ke Premier League dan dalam dua pertandingan awal Leeds meraih sekali kemenang dan sekali kalah.