Pengambilalihan Newcastle ke Perusahaan Arab Saudi Masih Belum Jelas
- Financial Times
VIVA – Polemik pengambilalihan kepemilikan Newcastle United oleh perusahaan investasi milik pemerintah Arab Saudi masih belum menemukan kepastian. Otoritas Inggris dilaporkan masih menunda proses permohonan peralihan kepemilikan tersebut.
Melansir BBC, hal tersebut terjadi karena hingga kini belum jelas siapa yang akan memimpin Newcastle jika klub tersebut berpindah tangan ke perusahaan Arab Saudi. Pihak berwenang masih mengawasi kesepakatan melalui pengujian terhadap jajaran direksi dan calon pemilik klub.
Sejumlah hambatan terbesar dalam proses ini adalah tuduhan pembajakan siaran pertandingan olahraga, termasuk Premier League, oleh jaringan penyiaran Arab Saudi, BeoutQ. Bahkan, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah mengatakan bahwa BeoutQ dengan sengaja telah melanggar aturan perdagangan internasional.
Hal lain yang tak kalah genting adalah catatan pelanggaran hak asasi manusia yang dituduhkan ke negara kaya minyak tersebut. Sebab, pengambilalihan Newcastle akan mencoreng citra Inggrs karena telah menyediakan kesempatan bagi orang Arab Saudi untuk 'membeli' hak manusia melalui olahraga.
Salah satu pihak yang paling vokal dalam hal ini adalah tunangan jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz. Ia meminta suporter agar menolak transisi kepemilikan Newcastle karena Mohamed Bin Salman sendiri mendukung kuat untuk melawan tunangannya yang merupakan pengkritik keras Arab Saudi karena peanggaran keras hak asasi manusia dan perang di Yaman.
Pada saat bersamaan, tim teknis seperti manajer dan pemain Newcastle membutuhkan kepastian kepemimpinan untuk mengambil keputusan terkait persiapan Premier League 2020/2021. "Kami butuh satu keputusan dan kamu membutuhkan itu dengan segera," ujar manajer Newcastle, Steve Bruce.
Baca Juga:
Kehadiran Ibrahimovic Telah Ubah AC Milan ke Tempat yang Sebenarnya
Menepi Selama 3 Pekan, Mbappe Dipastikan Absen Lawan Atalanta