Saat Pemain Dituntut Berikan Pertolongan di Kondisi Genting
- VIVA.co.id/Pratama Yudha
VIVA.co.id – Meninggalnya kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, usai insiden di laga lanjutan Liga 1 melawan Semen Padang pada Minggu, 15 Oktober 2017, menyisakan duka mendalam sekaligus tanda tanya tentang standar keselamatan serta pertolongan pertama terhadap cedera serius di lapangan.
Choirul Huda menghembuskan napas terakhir setelah mengalami benturan keras dengan rekan setimnya. Dia sempat mengerang kesakitan sebelum tak sadarkan diri dan ditangani oleh tim medis.
Kasus yang menimpa Choirul Huda bukan pertama terjadi di sepakbola. Yang paling dekat di level internasional adalah Fernando Torres. Dia terjatuh setelah mengalami benturan dengan pemain Deportivo La Coruna, Alex Bergantinos.
Beruntung, Torres bisa selamat. Salah satunya dikarenakan dia mendapat penanganan cepat dari rekan setim, Gabi dan Sime Vrsaljko. Dua pemain itu tanggap dengan kondisi El Nino yang menelan lidah. Mereka kemudian menariknya agar pernapasan Torres kembali lancar.
Berkaca dari kejadian Torres, dirasa sangat penting bagi pemain untuk mendapatkan pengetahuan atau edukasi tentang pertolongan pertama di atas lapangan. Sebab, bagaimana pun, jika terjadi insiden, mereka lah orang yang paling dekat dan bisa bertindak lebih dulu, apalagi bila itu dalam situasi amat genting.
Pandangan itu pun diamini oleh Tigor Shalomboboy selaku Chief Operational Officer (COO) PT LIB. Tigor mengakui edukasi tersebut diperlukan, cuma memang selama ini pihak PT LIB belum memberikan secara detail.
"(Edukasi pemain soal pertolongan pertama) Secara detail sih tidak ada. Tapi, seharusnya itu bisa dilakukan oleh klub khususnya dokter tim. Kita juga harus lihat kondisi cederanya seperti apa, dan penanganannya harus seperti apa. Mungkin di sini yang harus ada edukasinya," kata Tigor kepada VIVA.co.id. (one)