Pemain Timnas Rela Main Tarkam Demi Sambung Hidup
VIVA.co.id – Sepakbola Indonesia mati suri, setelah pemerintah membekukan PSSI. Masyarakat Indonesia kehilangan hiburan. Tapi, yang paling menderita jelas para pemain. Hidup mereka terkatung-katung tanpa pekerjaan, tidak jelas bagaimana masa depan.
Sebagian pemain bisa memperpanjang napas, dengan digulirkannya beberapa turnamen. Toh, tidak semua klub terlibat dan banyak pemain yang tetap tidak bisa menyambung kehidupannya. Mau tak mau, mereka terpaksa merumput di ajang kompetisi antarkampung alias tarkam.
Mereka harus menerima kondisi tersebut, terutama para pemain yang harus menghidupi keluarganya. Mereka harus tetap memperoleh penghasilan, walau sadar ada risiko yang mengancam. Selain masalah keuangan, ajang tarkam juga berguna menjaga kondisi fisik mereka agar tetap prima.
Menyikapi situasi yang ada sekarang, pemilik klub sepakbola amatir Bineka FC, Erik Felani Wijaya, mengatakan bisa memaklumi para pemain. Dia tahu mereka punya kewajiban menghidupi keluarga, sehingga berinisiatif menggunakan jasa mereka untuk memperkuat timnya.
"Sebagai penikmat sepakbola lokal, saya merasa terpukul melihat pemain banyak yang menganggur. Bahkan, ada yang harus berjualan hingga menjadi penjaga mainan odong-odong. Tanpa bermaksud merendahkan profesi lain, tetapi mereka layak mendapat peran lebih dari itu,” kata Erik.
[Baca Juga: Erik Felany, Rela Kuras Harta demi Sepakbola]
Dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 30 Maret 2016, Erik menyebut keputusannya semata sebagai bentuk simpati, atas kondisi sepakbola tanah air. Dia rela merogoh koceknya dalam-dalam, untuk menghargai para pemain profesional yang rela turun ke ajang tarkam.
"Keputusan mereka bergabung dengan klub saya, murni alasan ekonomi. Kondisi yang disesalkan, saat animo publik pada sepakbola nasional begitu tinggi. Saya tidak mampu mencari solusi lain, kecuali turut bersimpati dengan menggunakan jasa mereka. Alhamdulillah mereka bersedia," ucapnya.
Mereka mungkin terlihat mempermalukan diri, dengan bermain di kelas tarkam. Namun, sebenarnya kondisi itu memberi hal positif, untuk masyarakat dan sepakbola tanah air. Warga bisa melihat lebih dekat, para pemain top Indonesia bermain langsung di hadapan mereka.
Diharapkan, bakal banyak anak-anak Indonesia, yang terpacu gairahnya untuk mengasah talenta sebagai pemain sepakbola. Selanjutnya, sepakbola nasional perlu dibangkitkan kembali. Erik berharap persoalan segera berakhir, dan pemerintah peduli dengan menggulirkan kompetisi, tak hanya turnamen.
Pengusaha kelahiran Bogor, 29 tahun silam itu mengaku senang jika sepakbola tanah air kembali bergairah. Dia bermimpi bisa membangun skuad amatirnya, menjadi sebuah klub profesional. "Saya bertekad membuat klub profesional dan bisa menjamin masa depan pemain."
"Sekarang saya mulai dari awal sebagai klub amatir. Semoga seiring waktu harapan saya dapat terwujud, turut meramaikan geliat sepakbola dalam negeri," kata ayah dari dua orang anak itu.
Sebagai catatan, Bineka FC kini sudah mulai populer di wilayah Bogor dan Bekasi. Mereka memenangkan berbagai turnamen lokal, dan menurunkan pemain-pemain top seperti Makan Konate, Atep, Ramdani Lestaluhu, Eka Ramdani, Toni Sucipto, Ahmad Jufriyanto, Amarzukih, Hashim Kipuw dan beberapa lainnya. (one)