Perusahaan Baru Solusi Bagi Persepakbolaan Nasional?

Bobotoh saat mendukung Persib Bandung.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
- PT Liga Indonesia sudah merencanakan membuat sebuah perusahaan baru agar eksekusi gagasan membuat sebuah turnamen baru bisa berjalan. Nantinya, perusahaan yang belum diberi nama itu akan menjadi operator untuk Indonesia Super Tournament (IST).


IST sendiri hadir karena derasnya desakan dari 18 klub peserta Indonesia Super League (ISL). Mereka menilai dalam kondisi sepakbola nasional tak menentu seperti saat ini, sepertinya perlu dilakukan terobosan-terobosan baru.


Kelak, ketika IST ini bergulir, klub-klub dari strata bawah seperti Divisi Utama, Liga Nusantara, Soeratin, dan U-21 bisa ikut mendapatkan manfaatnya. Sepanjang polemik antara PSSI dan Menpora Imam Nahrawi, memang hadir dua turnamen seperti Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.


Akan tetapi, buah kesuksesan kedua turnamen tersebut hanya dapat dinikmati oleh klub dan pemain yang berasa dari ISL. Sementara, mereka yang berkutat di strata bawah masih harus gigit jari karena tidak memiliki pemasukan.


“Klub juga memiliki inisiatif, sekalipun komersialisasi mayoritasnya itu mengeksplorasi propertinya ISL, mereka memiliki simpati dan empati agar seluruh strata kompetisi di bawahnya bisa tereksekusi," kata CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono usai pertemuan Club's Owner Meeting di Hotel Park Lane, Jakarta, kemarin.


"Perusahaan harus bisa memaksimalkan komersialisasi dan menyisihkan pembiayaan untuk Divisi Utama, Liga Nusantara, Soeratin dan U-21, semua strata kompetisi. Dan, kami Direksi PT Liga Indonesia menyanggupi dengan semua terobosan yang diberikan pemegang saham,” katanya.


Sikap ini dihasilkan dalam forum para perwakilan klub ISL sebagai respons dari penolakan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) terhadap pengajuan izin penyelenggaraan kompetisi independen beberapa waktu lalu. BOPI sebagai wakil pemerintah bersikeras PT Liga mesti berkoordinasi dengan Tim Transisi.


Namun, karena semangat awal PT Liga dan klub yang tidak ingin larut dan terbelenggu polemik PSSI dan Menpora, maka anjuran BOPI tersebut ditolak mentah-mentah. Lantas apakah rentetan rencana baru tersebut mampu membuat luluh pemerintah?


Keinginan Menpora


Sebelum gagasan PT Liga membuat terobosan-terobosan baru, Menpora Imam Nahrawi sempat mengutarakan keinginannya terkait penyelenggaraan kompetisi sepakbola di Tanah Air. Pria asal Bangkalan tersebut meminta kompetisi berkelanjutan harus dijalankan dengan prinsip transparansi.

Imam menyadari, selama ini turnamen yang sudah dilakukan meski sukses tetapi tidak memberikan jaminan kepada kehidupan seluruh orang yang terlibat di dalamnya. Dia pun dengan tegas mendukung langkah Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) yang melakukan boikot terhadap turnamen, dan mendesak diadakannya kompetisi.


"Saya setuju dengan APPI, dan kedepan selain turnamen juga harus ada kompetisi berkelanjutan yang dikelola secara profesional oleh operator-operator yang transparan dan memberi jaminan yang menyenangkan bagi pemain, pelatih, wasit, manajemen klub, suporter dan masyarakat," ujar Imam.


Lebih jauh, Imam menolak jika dianggap sudah mulai melunak, dan tidak lagi tegas dalam melakukan pembenahan sepakbola nasional. Menurutnya, apa yang telah diminta kepada PT Liga agar memperbaiki kualitas kompetisi masih menjadi yang utama.


"Ini juga yang pernah diminta pemerintah pada liga musim 2015 lalu, sayang operator dan federasi PSSI waktu itu memilih untuk menghentikan kompetisi/liga. Di situlah pemerintah ingin semua yang terkait dengan hak dan kewajiban orang-orang yang terlibat dalam liga wajib diselesaikan di depan agar tidak terjadi soal-soal kerugian di kemudian hari," kata dia.


Dinamika persepakbolaan nasional yang berangsur-angsur mulai berubah menjadi harapan baru bagi para pencinta olahraga si kulit bundar. Kompetisi berkelanjutan dan jadwal tanding reguler seperti yang terakhir terjadi pada tahun 2014 sudah sangat mereka rindukan.