PSSI Ungkap Alasan Utama Banyak Pemain Keturunan Ogah Bela Timnas Indonesia

Striker FC Utrecht, Ole Romeny calon pemain naturalisasi Timnas Indonesia
Sumber :
  • Instagram/oleromeny

Jakarta – Anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga mengungkap faktor terbesar yang mendasari pemain keturunan menolak dinaturalisasi untuk bela Timnas Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri, pencapaian timnas Indonesia bisa lolos ke putaran tiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 karena skuad Shin Tae-yong kini banyak dihuni pemain keturunan.

Sejumlah pemain keturunan mengisi posisi penting mulai dari striker ada Rafael Struick, gelandang Thom Haye hingga pemain bertahan Jay Idzes.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Demi tampil maksimal pada putaran ketiga, PSSI dikabarkan masih terus mencari pemain keturunan untuk dinaturalisasi.

Namun, Arya Sinulingga mengatakan bahwa tidak sedikit pemain keturunan yang menolak dinaturalisasi untuk bela Timnas Indonesia.

Arya mengungkap, kebanyakan pemain keturunan menolak lantaran mereka masih berada di usia emas. Sehingga, masih menaruh harapan untuk bermain di negara yang memiliki rangking di atas Indonesia.

"Pemain tersebut merasa bahwa dia masih mungkin main di timnas yang sekarang, negara asalnya. Biasanya itu,” kata Arya di Youtube pribadinya dilihat Sabtu, 13 Juli 2024.

Arya memaklumi keputusan tersebut, sebab hal itu sangat berkaitan dengan masa depan si pemain sebagai seorang pemain sepakbola profesional.

"Jadi mereka itu penuh pertimbangan. Kalau saya pindah ke Indonesia, sampai kapan pun saya tidak bisa main lagi di sini (negara asalnya). Itu pertimbangan berat bagi mereka. Itu pertimbangan karier dan sebagainya,” bebernya.

Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Terakhir, jika terdapat pemain keturunan yang menolak dinaturalisasi, Arya meminta warganet tidak melontarkan pesan-pesan buruk di media sosial.

"Kita harus maklumi. Enggak boleh kita hina mereka, enggak boleh juga kita bilang soal merah putih," kata dia.

"Bukan soal itu, ini soal masa depan hidup dia, pilihan pilihan hidup dia. Jadi kita harus hargai. Jadi biasanya kegagalannya hanya di situ, bukan hal lain-lain," pungkasnya.