Jurnalis di Malang Ingatkan Penanganan Tragedi Kanjuruhan Lewat Nobar

Nobar film karya jurnalistik tentang Tragedi Kanjuruhan
Sumber :
  • VIVA/Uki Rama

VIVA Bola – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang bersama sejumlah pegiat kemanusiaan, jurnalis, mahasiswa dan aktivis menggelar nonton bareng atau Nobar film karya jurnalistik tentang Tragedi Kanjuruhan. Mereka mencoba mengingatkan kembali masyarakat bahwa kasus yang membuat 135 orang meninggal dunia ini belum memenuhi rasa keadilan bagi korban

Salah satu pemateri dalam nobar dan diskusi ini adalah, Solehudin. Dia adalah wakil Koordinator Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan (TATAK). Solehudin mengatakan, hasil sidang lima terdakwa dengan vonis ringan dan bebas melahirkan kekecewaan bagi keluarga korban. 

Pria yang juga seorang advokat ini menegaskan bahwa perjuangan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan masih belum usai. Mereka kini sedang menyiapkan langkah lain. Sebab, laporan polisi model A yang menelurkan vonis ringan hingga bebas kepada para terdakwa.

"Kita masih harus terus melakukan langkah-langkah strategis demi keadilan para korban. Meskipun laporan kedua berupa laporan model B yang diajukan terakhir kemarin mendapatkan respon akan dihentikan. Upaya lain akan dilakukan agar kasus ini tidak menggantung," kata Solehudin. 

Stadion Kanjuruhan pasca Tragedi

Photo :
  • VIVA/Uki Rama

Usai Nobar dia mengatakan bahwa isi dalam film karya jurnalistik ini telah memberikan gambaran keluarga korban begitu terpukul. Mereka ditinggal orang-orang tercinta untuk selama-lamanya namun mereka masih gigih berjuang. Laporan model B yang diajukan terus dipertanyakan para korban hingga saat ini. 

"Sudah ada sembilan kali surat pemberitahuan perkembangan penyidikan, hingga terakhir mediasi dengan Kapolres Malang ada indikasi akan dihentikan. Di sisi lain ini menjadi peluang bagi kita untuk mengambil langkah strategis lain," ujar Solehudin. 

Ketua AJI Malang Benni Indo mengatakan, bahwa mereka ingin mengajak kembali untuk mendiskusikan dan menyuarakan Tragedi Kanjuruhan sebagai bentuk sikap ikut mengawal keadilan bagi korban. AJI mendorong jurnalis dan publik untuk terus mengawal Tragedi Kanjuruhan sebagai tragedi kemanusiaan. Karena hingga saat ini korban masih belum mendapatkan rasa keadilan yang sepadan dari kasus yang menimpa orang terdekat mereka. 

"Kita mengajak untuk diskusikan melalui karya jurnalistik dengan perspektif media yang juga berperan, dan memberi gambaran dari segi hukum bagaimana kondisi perjalanan kasus saat ini. Isu Kanjuruhan masih harus dikawal bersama," tutur Benni.

Sementara itu, Jurnalis Senior Tempo Abdi Purmono banyak menyoroti mengenai proses jurnalis mengambil tempat. Secara independen namun tetap objektif memberitakan tragedi. Terlebih dalam hal peliputan yang membangun emosi.

"Tragedi Kanjuruhan mengingatkan kita pada peristiwa di tahun 1998 yang mana dalam hal pengamanan militer dan polisi masih sama brutalnya. Seperti peristiwa Semanggi bagaimana polisi melepaskan tembakan kepada massa aksi. Ini menandakan bahwa reformasi tidak selesai," kata Abdi.