Burundi, Negara Termiskin di Dunia yang Jadi Lawan Timnas Indonesia

Pemain Timnas Burundi
Sumber :
  • Instagram Timnas Burundi

VIVA Bola – Timnas Indonesia akan menghadapi Timnas Burundi di laga FIFA Match Day. Duel digelar dua kali di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, pada 25 dan 28 Maret 2023.

Burundi saat ini menempati peringkat 141 FIFA dan Indonesia masih berada di peringkat 151 FIFA. Bila Indonesia sukses meraih dua kemenangan di ajang ini, peringkat FIFA akan naik di edisi bulan depan.

Jika berbicara sepakbola, Timnas Burundi masih lebih baik dari Indonesia. Namun, ternyata ada fakta miris terkait negara Burundi.

Menurut data World Population Review 2022, Burundi masih kokoh di peringkat teratas sebagai negara termiskin di dunia.

Berdasarkan hitungan Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto per kapitanya yang hanya USD270 atau sekira Rp4,1 juta.

Melansir dari Global Finance, sekitar 90 persen dari sekitar 12 juta penduduk Burundi sangat bergantung pada pertanian subsisten dan sebagian besar dari mereka hidup dalam kemiskinan yang ekstrem.

Burundi, negara miskin di dunia

Photo :

Kekerasan dan Masalah Keamanan

Negara kecil Burundi yang terkurung daratan, memperoleh kemerdekaan dari Belgia pada tahun 1962 tetapi masih diwarnai dengan kekerasan. Pada tahun 1965 terjadi konflik etnis Hutu-Tutsi yang terkenal.

Meskipun perang saudara berakhir lebih dari 15 tahun yang lalu, negara termiskin di dunia ini dilanda korupsi endemik dan masalah keamanan. Kota kekurangan infrastruktur, dengan akses listrik, sanitasi, dan air bersih yang sangat terbatas. Sebagian besar penduduk hanya menyelesaikan pendidikan tiga tahun, dan terdapat 740 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Populasi yang dilanda kemiskinan sekitar 12 juta bergantung pada pertanian yang langka untuk memberi makan dan menafkahi keluarga mereka. Perubahan iklim dan kerawanan pangan yang disebabkan oleh gagal panen hampir dua kali rata-rata negara sub-Sahara lainnya . 

Meskipun AS dan UE mencabut sanksi keuangan yang diberlakukan setelah krisis politik tahun 2015 dengan pemulihan beberapa bantuan, pandemi dan perang di Ukraina memperburuk tantangan negara.