Instagram Gubernur Jatim Diserbu Usai Sindir Stadion GBT Bau Sampah

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Sumber :
  • VIVA/ Fikri Halim.

VIVA – Komentar Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, terkait Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) yang bau sampah menuai kecaman para warganet. Akibatnya, akun Instagram pribadi Khofifah diserbu ribuan komentar.

Khofifah menilai Stadion GBT jauh dari kata layak untuk menjadi lokasi gelaran Piala Dunia U-20 2021. Alhasil publik yang membacanya jadi tersulut emosi untuk memberi tanggapan.

"Gimana ini tuan rumah Piala Dunia GBT kok pindah. Anda urusi yang lain saja, soal bau sampah biar diurus Risma, padahal yang tidak bau," tulis akun @rezae_ae_ws.

Serbuan warganet ke Instagram Khofifah membuat Humas Pemprov Jatim merespons. Mereka coba meluruskan pernyataan sang Gubernur terkait Stadion GBT.

"Ibu Gubernur sangat berharap Jatim bisa dipilih menjadi salah satu venue dari 6 venue yang dibutuhkan untuk piala dunia U-20. Karenanya beberapa alternatif tengah kami siapkan dengan baik," terang Kepala Biro Humas dan Protokol Prov. Jatim,  Aries Agung Paewai.

Ditambahkan oleh Aries. Khofifah juga menghargai semangat Bonek, pendukung Persebaya Surabaya dan Pemkot Surabaya agar Stadion GBT terpilih sebagai salah satu lokasi pertandingan Piala Dunia U-20.

Namun demikian, harus tetap disiakan alternatif sebagai pendukung bila terjadi sesuatu yang tak terduga. Sehingga, dengan adanya alternatif ini, maka opsi Jatim sebagai salah satu venue tuan rumah piala dunia U-20 tidak akan pindah ke provinsi lain.

"Ibu Gubernur sangat mengapresiasi Bonekmania dan Pemkot Surabaya. Akan tetapi alternatif lain harus tetap disiapkan, agar kesempatan menjadi venue tuan rumah piala dunia U-20 ini tidak akan berpindah ke provinsi lain," tegas Aries.

Aries menambahkan, terkait pernyataan Gubernur Khofifah mengenai bau sampah di sekitar GBT, merupakan bentuk masukan dan motivasi bagi Pemkot Surabaya untuk segera menyelesaikan persoalan sampah. Hal ini perlu dilakukan, agar tidak ada hal-hal teknis yang mengganggu penilaian saat FIFA melakukan peninjauan.

"Kita berbicara skala nasional, bukan daerah per daerah. Hal ini jangan disalahartikan dan ditanggapi negatif. Tidak ada Surabaya, tidak ada Malang, yang ada Jawa Timur dan Indonesia," tutur Aries. (ren)