Siapapun Presidennya, Piala Presiden Harus Tetap Ada

Arema FC juara Piala Presiden 2019
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

VIVA – Berakhir sudah ajang Piala Presiden 2019, dan menahbiskan Arema FC sebagai juaranya. Singo Edan menggila ketika berlaga di Stadion Kanjuruhan, Jumat 12 April 2019. Kemenangan 2-0 di leg kedua membuat Arema menang dengan agregat 4-2.

Pada prosesnya, Piala Presiden 2019 merupakan edisi keempat sejak dimulai pada 2015. Hanya sekali, pada 2016 turnamen pramusim ini tidak digelar.

Piala Presiden selalu tampil dengan gayanya sendiri. Sang pemilik hajatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan mandat supaya Piala Presiden digelar memberikan manfaat yang luas. Ada enam poin yang disampaikan oleh Jokowi kepada Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden 2019, Maruarar Sirait yaitu transparansi keuangan, jalannya pertandingan yang fairplay, ekonomi kerakyatan, industri sepakbola, prestasi, dan hiburan rakyat.

Khusus poin terakhir, pastinya tujuan itu sudah terwujud. Piala Presiden hadir di tengah muramnya wajah sepak bola Indonesia karena luka lama, pengaturan skor, kembali menyeruak lagi. Sejumlah petinggi-petinggi federasi tersangkut kasus mafia bola hingga pemerintah pun turun tangan untuk melibas tuntas praktik haram itu.

Pun, di tengah liburnya kompetisi resmi, Liga 1, Piala Presiden 2019 datang seakan melepas dahaga pencinta sepak bola. Rakyat memiliki hiburan dan terlena dengan suguhan Piala Presiden. Sebagaimana mestinya, sepak bola merupakan aktivitas yang menyenangkan dan menyehatkan, oleh karena itu, seharusnya sepak bola juga harus memberikan hiburan.

Bukti bahwa hiburan rakyat yang digadang-gadang dalam Piala Presiden itu terwujud terlihat dari antusiasme penonton yang hadir dalam memberikan dukungan untuk tim kesayangannya. Tercermin di antaranya oleh Bonek, suporter setia Persebaya Surabaya. Menurut catatan panitia pertandingan Persebaya versus Madura United di Gelora Bung Tomo, Rabu 3 April 2019, ada 50.127 orang yang hadir. Jumlah itu menjadi rekor penonton terbanyak dalam edisi Piala Presiden 2019 ini. 

Selain itu, dalam skala keseluruhan, terjadi peningkatan jumlah penonton yang signifikan pada Piala Presiden 2019 ini. Sebanyak 487.727 orang telah menjadi saksi dari 40 pertandingan yang berlangsung selama Piala Presiden 2019. Jika dirata-rata, ada 12.193 orang dalam setiap pertandingan yang digelar. Padahal, pada edisi 2018, angka penonton kolektif Piala Presiden 2018 mencapai 423.114 dengan rataan per pertandingan 10.578 orang.

Dengan catatan tersebut, pantas saja dikatakan bahwa Piala Presiden merupakan turnamen yang digelar khusus untuk memberikan hiburan untuk rakyat, seperti apa yang diharapkan oleh Presiden Jokowi. 

***

Harus Konsisten 

Hadirnya Piala Presiden 2019 menuai reaksi positif dan negatif oleh masyarakat, pemain, dan petinggi-petinggi sepak bola Tanah Air. Umuh Muchtar, manajer Persib Bandung, salah satunya. Meski timnya belum mampu berbuat banyak di Piala Presiden, dia mengakui bahwa hadirnya Piala Presiden memberikan dampak positif bagi rakyat.

Dia melihat sendiri bagaimana antusiasme masyarakat, khususnya suporter Persib dalam memberikan dukungan kepada Maung Bandung. Hanya saja, Umuh berharap suapaya Piala Presiden ini bersih dari politik, dan tidak mau dipolitisasi. Mendekati Pemilihan Umum Presiden dan Legislatif 2019, Umuh berharap ajang ini konsisten setiap tahunya. Meskipun  nantinya tampuk kepemimpinan negara berganti orang. 

"Harus setiap tahun dong. Memang, yang terpenting itu Liga, tapi ini memberikan hiburan untuk masyarakat, mudahan-mudahan dapat dipertahankan yang seperti itu. Saya terserah mau siapa nanti presidennya, mau baru atau tetap yang lama," kata Umuh kepada VIVA

Senada dengan Umuh, mantan striker Timnas Indonesia, Indriyanto Nugroho menyampaikan, apapun yang terjadi di Pemerintahan, sepak bola harus terbebas dari tindakan politik praktis. Selain itu, Nunung, begitu ia akrab disapa berharap nantinya juga Piala Presiden semakin berkembang dengan adanya Piala Presiden khusus peman-pemain muda.

"Jangan di saat ini saja, semoga siapapun itu presiden ya harus berjalan. Kalau tidak berjalan, maaf ya, saya juga tidak bisa percaya. Tapi, kalau konsisten apapun yang terjadi orang pasti menilainya bahwa kompetisi ini tidak ditunggangi kepentingan politik," kata Nunung.

"Jadi tidak sekarang saja, kan ini sudah berjalan keempat, semoga Piala Presiden ke depannya bisa terus berjalan dan pembinaan usia muda kita bisa berjalan, semoga saja nanti juga ada Piala Presiden U-16, U-19, U-23," tambahnya.

Piala Presiden 2019 memang sempat dianggap sebagai tunggangan politik karena situasinya berdekatan dengan Pemilu 2019 yang bakal digelar Rabu 17 April 2019. Dugaan-dugaan itu muncul juga dilandasi dengan kejanggalan-kejanggalan. Piala Presiden 2019 terkesan dadakan. Hadirnya turnamen ini membuat Piala Indonesia yang sedang  bergulir terpaksa dihentikan sementara di babak 16 besar. Tujuannya, demi menggelar Piala Presiden 2019 ini.

Memang, Piala Presiden baru digelar pada 2015, ketika satu tahun Jokowi menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia. Ketua panitia penyelenggara Piala Presiden 2019, Iwan Budianto, membantah dugaan itu ketika drawing grup. Tujuan penyelenggaraan Piala Presiden, kata Iwan,  untuk membantu klub-klub peserta Liga 1 dalam menyeleksi pemain sekaligus mempersiapkan diri menghadapi musim baru.

"Sifatnya pramusim. Piala Presiden memberi kesempatan ke klub untuk merekrut pemain, memastikan pemain buat peserta Liga 1. Tak mungkin kan digelar setelah selesai liga atau berjalan. Jadi tidak ada sifatnya politik. Ini murni kesempatan pramusim yang berkualitas," kata Iwan di Hotel Sultan, Jakarta.

Entah apapun itu, Piala Presiden tak memiliki kesan tersendiri. Ada baiknya, kepentingan pribadi tidak disematkan di dalamnya. Karena sepak bola sejatinya adalah aktivitas yang menyenangkan dan menghibur. Sama juga seperti presiden yang tugasnya harus menghibur rakyat dengan apapun caranya. Semoga, Piala Presiden akan terus hadir dengan kebaikan-kebaikannya untuk sepak bola Indonesia, terlepas ganti presiden atau tidak. 

Laporan: Robbi Yanto