Suasana Mencekam di Gabon Jelang Piala Afrika 2017
- Reuters / John Sibley
VIVA.co.id – Hanya tinggal beberapa hari hingga dimulainya Piala Afrika 2017, pada 14 Januari-5 Februari 2017. Namun, suasana mencekam sangat terasa di Gabon sebagai tuan rumah, akibat krisis sosial dan politik yang menyebabkan insiden berdarah.
Dilansir dari Daily Nation, Kamis 5 Januari 2017, pekerja tampak sibuk dengan persiapan terakhir. Mereka memasang dekorasi di jalan-jalan Libreville, yang merupakan ibu kota negara kecil di Afrika tengah berpenduduk 1,8 juta jiwa itu.
Persiapan juga dilakukan di tiga kota lainnya, yaitu Oyem, Franceville, dan Port-Gentil. Kemeriahan dari atribut turnamen, tidak disertai dengan keceriaan dari wajah warga Gabon, yang sedang merasakan tekanan kuat krisis ekonomi.
Minyak bumi jadi satu-satunya pendapatan Gabon, sehingga jatuhnya harga minyak dunia sangat berdampak besar. "Libreville, Port-Gentil, Franceville, dan Oyem telah kehilangan reputasi sebagai kota yang energik dan gila pesta," tulis surat kabar nasional Gabon, L'Union.
Terpilihnya kembali Ali Bongo Ondimba sebagai presiden pada Agustus 2016, telah disahkan oleh Mahkamah Konstitusi. Tapi, dia ditentang oleh kubu oposisi yang didukung Uni Eropa, menyebabkan terjadinya insiden berdarah.
Melalui pesannya dalam perayaan Tahun Baru, Bongo mengatakan sadar dengan kesulitan yang dihadapi sebagian besar warga negaranya. "Banyak saudara kita yang terkena dampak krisis ekonomi dunia, banyak yang kehilangan pekerjaan, terutama dalam industri minyak," ujar Bongo.
Seruan boikot Piala Afrika sudah menggema dalam beberapa bulan terakhir, menyertai aksi-aksi protes yang menuntut perubahan sosial dan politik. Enam bulan sudah berlalu dari pemilihan presiden, tapi pemimpin oposisi Jean Ping masih melakukan perlawanan.
Ping mendeklarasikan diri sebagai pihak yang lebih layak menang, dan memprovokasi rakyat Gabon untuk melakukan perlawanan. Masih trauma dengan insiden berdarah pada pemilihan presiden, banyak yang khawatir bakal ada kekacauan saat Piala Afrika.
Bongo telah berusaha meredakan ketegangan, dengan mengulang janjinya melakukan dialog politik, sehari setelah berakhirnya Piala Afrika 2017. Tapi, tawaran telah ditolak oleh Ping, yang membuat situasi terasa semakin panas.
"Bukan sepakbola yang ada di kepala kami," kata seorang warga Libreville, Stephane Mba. Dia menyebut begitu banyak pengangguran, di tengah krisis ekonomi yang sangat hebat, sehingga tak banyak yang bisa menikmati Piala Afrika 2017. (one)