Lewat Media Sosial, Wasit Gay Diancam Akan Dibunuh

Jesus Tomillero, wasit asal Spanyol
Sumber :
  • Twitter

VIVA.co.id – Perlakuan tidak mengenakan terus dirasakan Jesus Tomillero. Dia adalah wasit sepakbola yang juga seorang penyuka sesama jenis, alias gay.

Setelah dia mengakui bahwa ia seorang gay, perlakuan publik kepadanya sungguh tak mengenakan. Kata-kata kasar hingga diskrimasi sering dirasakannya, baik dalam kehidupan sehari-hari, atau pun saat memimpin pertandingan sepakbola.

Merasa tak kuat mendapat perlakuan seperti itu, Tomillero sempat memutuskan untuk pensiun sebagai wasit sepakbola. Pada Mei lalu, dia sudah tak lagi berprofesi sebagai sang pengadil di lapangan hijau.

Namun, baru-baru ini, dia berubah pikiran dan "comeback" menjadi wasit. Pertandingan perdana yang dipimpinnya usai pensiun adalah, saat CD Lasalle melawan Atletico Zabal, di turnamen sepakbola divisi dua Andalusia.

Di laga tersebut, Tomillero memberikan hadiah penalti untuk Zabal. Fans tim lawan tak terima dengan keputusannya dan menyerang Tomillero dengan kata-kata kasar. "Pergilah kau, homo!," kata seorang suporter.

Mendapat perlakuan seperti itu, Tomillero lalu menghentikan pertandingan dan mengusir fans tersebut. Namun, tak lama setelah itu, dia kembali masuk stadion dan lagi-lagi mengeluarkan kata-kata kasar untuk wasit berusia 21 tahun tersebut. "Dasar homo!," ujarnya.

Tak hanya sampai di situ, "serangan" untuk Tomillero juga datang dari media sosial. Parahnya, tak hanya kata-kata diskrimasi yang diterima, dia juga menerima ancaman pembunuhan dari orang-orang yang tak senang dengan keberadaan kaum minoritas sepertinya.

Sebuah cuitan ditujukan ke akun Twitternya, dengan menuliskan "Hidupmu tidak akan lama lagi, homo?", disertai unggahan foto sebuah pistol dan peluru. Ada juga akun yang mengatakan kalau berencana akan menabraknya bila bertemu di jalan. "Bersiaplah untuk ini, homo!," tulisnya sambil mengunggah foto mobil.

"Saya mendapat ini (ancaman pembunuhan) pertama kali pukul tiga sore, setelah pertandingan. Saya merasa gugup dan tidak tahu harus berbuat apa. Saya masuk ke taksi dan langsung menuju kantor polisi. Mereka akan menyelidiki kasus ini, bukan hanya di sini, tetapi di seluruh Spanyol. Ada petugas keamanan di sekitar rumah saya yang patroli 24 jam. Saya sangat takut," kata Tomillero kepada Guardian. (asp)