China Alokasikan Rp11.000 Triliun untuk Sepakbola
- Twitter/Manchester City
VIVA.co.id - China telah menjadi negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia. Kemajuan sudah tercapai dalam banyak bidang. Presiden China Xi Jinping kini ingin melihat negaranya maju dalam sepakbola, yang merupakan olahraga favoritnya.
Dilansir dari Guardian pada Kamis, 11 Februari 2016, Xi Jinping tidak hanya ingin negaranya jadi tuan rumah Piala Dunia, tapi juga memenangkannya. Tak main-main, ambisinya itu bakal didukung dengan paket stimulus sebesar US$850 miliar atau hampir Rp11.400 triliun.
Dua tahun silam, Partai Komunis China membentuk badan baru, Central Reform Leading Group (CRLG). Kelompok yang dipimpin langsung oleh Xi Jinping itu tidak hanya bertugas untuk membuat kebijakan, tapi terutama dalam mengimplementasikan reformasi ekonomi.
Xi Jinping akan dibantu tiga anggota lainnya, yang akan menempati posisi sebagai wakil ketua. Mereka adalah Perdana Menteri Li Keqiang, Ketua propaganda partai dan anggota komite politbiro (PBSC) Liu Yunshan, serta Wakil PM dan anggota PBSC Zhang Gaoli.
Kelompok itu akan terdiri dari enam departemen, yang meliputi bidang ekonomi dan ekologi, demokrasi dan keadilan, budaya, kemasyarakatan, konstruksi partai, serta displin dan supervisi. Mereka akan memastikan adanya keseimbangan, dalam perekonomian negara.
Salah satu pernyataan resmi yang telah dikeluarkan CRLG adalah tentang revitalisasi sepakbola.
"Revitalisasi sepakbola adalah keharusan, untuk membangun China menjadi yang terdepan dalam olahraga, sebagai bagian dari mimpi China. Itu juga yang menjadi hasrat rakyat."
Gejolak perekonomian China tahun lalu, membuka mata para petinggi negeri tirai bambu itu. China harus mengembangkan semua sektor, penopang yang memastikan terus berputarnya roda perekonomian, dan peningkatan industri olahraga dianggap sebagai salah satu kuncinya.
Nilai investasi yang sudah ditetapkan adalah US$850 miliar untuk satu dekade. Beberapa klub China membuat dunia terkejut, ketika mereka membuat gebrakan dengan membeli pemain-pemain mahal, sejak Januari lalu.
selanjutnya, akhir dominasi dua raksasa Spanyol ..
Dana investasi China sudah mulai mengalir ke klub-klub Eropa. Mulai dari klub besar seperti Manchester City, hingga klub kurang populer seperti Slavia Prague. Agen super seperti Jorge Mendes, yang menangani Cristiano Ronaldo dan Jose Mourinho, juga sudah dalam genggaman China.
Mendes sudah menjalin kemitraan dengan Foyo Culture, perusahaan yang dikendalikan oleh Guo Guangchang, pemimpin kelompok investasi Fosun. Tidak mengejutkan, jika bakal semakin banyak nama-nama besar direkrut klub-klub China dalam beberapa tahun mendatang.
Premier League adalah liga sepakbola paling populer sekarang, dan mendapat angin segar dengan kesepakatan hak siar televisi baru. Dana sebesar £8,3 miliar akan mengalir mulai musim depan, membuat klub-klub di liga teratas Inggris bakal bertambah kaya.
Dampaknya bakal segera dirasakan liga-liga di negara Eropa lainnya, termasuk Spanyol. Lambat laun kekuatan finansial dua raksasa La Liga, Barcelona dan Real Madrid, bakal menurun dalam hal iming-iming penghasilan besar, saat memperebutkan pemain-pemain kelas dunia.
Kemampuan klub-klub Premier League menyerap pemain mahal, juga akan sangat terbatas. Chinese Super League (CSL) pun bakal terlihat sangat menarik, sebagai tujuan alternatif para pemain kelas dunia yang menginginkan penghasilan besar.
Kelompok yang dipimpin Xi Jinping sudah mengungkap 50 poin rencana untuk mengangkat sepakbola China hingga menjadi juara Piala Dunia. Pakar industri olahraga dari Universitas Salford, Profesor Simon Chadwick, mengatakan langkah China tidak mengejutkan.
"Tidak mengejutkan sama sekali. Pengembangan sepakbola mengikuti model yang sama dengan sektor industri China. Mereka mengakuisisi perusahaan asing dan tenaga kerja asing untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja lokal," ujar Chadwick.
Di balik kedatangan pemain-pemain bintang ke China, kata Chadwick, adalah upaya membangun kultur suporter. Bertahap mereka akan meningkatkan level kompetensi. "Apa yang menarik adalah pemerintah China, berusaha membangun sekolah-sekolah olahraga di semua kota besar."
selanjutnya, mengapa Manchester City ..
"Mereka menyukai model pengembangan Manchester City. Tidak heran, ke mana China telah memilih untuk menanamkan modal," ujar Chadwick. Xi Jinping berkunjung langsung ke Etihad Stadium pada 2015 lalu, didampingi oleh PM Inggris David Cameron.
Kedatangan Presiden China itu segera disusul dengan pembelian sebagian saham Manchester City, oleh seorang konglomerat dan anggota partai komunis China. Di dalam negeri, para pengusaha China pun melakukan langkah, yang terlihat sangat terkoordinasi.
Eksekutif Alibaba, Zhang Dazhong, meluncurkan anak usaha di bidang olahraga, Alisports, pada 2015 lalu. Disusul beberapa korporasi lain, seperti Suning Commerce Group yang membeli Jiangsu Suning pada Desember 2015.
Sebulan kemudian mereka memecahkan rekor transfer, pada Januari 2016, dengan pembelian Ramires dari Chelsea sebesar £25 juta. Dilanjutkan lagi dengan membeli Alex Teixeira seharga £38 juta, dan menawarkan Chelsea dana £57 untuk memboyong Oscar.
Pembelian pemain-pemain mahal hanya awal. Chadwick memperingatkan orang-orang yang pesimis, dengan upaya China membangun sepakbola, bahwa pembangunan tidak akan berbuah dalam waktu semalam.
Beberapa dekade lalu, China adalah negara komunis yang miskin, dengan korupsi yang mengakar kuat. Kini, mereka adalah negara ekonomi terbesar kedua. China tidak melakukannya dalam waktu semalam. Keseriusan mereka mewujudkan ambisi, yang harus dilihat oleh semua pihak.
"Orang-orang akan melihatnya lebih serius, dalam 10 tahun mendatang," ujar Chadwick. (ase)