Pengakuan Southgate Usai Timnas Inggris Dihancurkan Italia

Manajer Timnas Inggris, Gareth Southgate.
Sumber :
  • instagram.com/england/

VIVA – Timnas Inggris gagal menjadi juara EURO 2020 setelah dikalahkan Italia di Wembley Stadium, Senin dini hari WIB, 12 Juli 2021. Inggris kalah 2-3 di babak adu penalti, usai berimbang 1-1 selama 120 menit.

Sebenarnya, Inggris mampu unggul cepat. Ketika laga baru berjalan dua menit, Luke Shaw mencatatkan namanya melalui tendangan first time di dalam kotak penalti. Namun, Italia membalas lewat Leonardo Bonucci menit ke-67. 

Di babak adu penalti, Donnarumma tampil apik dengan menahan tiga tembakan pemain Inggris. Puncaknya tendangan Bukayo Saka yang menjadi penentu kemenangan Italia.

Inggris harus tertunduk malu di hadapan para pendukungnya sendiri. Penantian mereka untuk meraih gelar juara setelah terakhir kali memenangi Piala Dunia 1966 harus berlanjut.

Manajer Timnas Inggris, Gareth Southgate meminta suporternya untuk tidak larut dalam kekecewaan. Diakuinya, Inggris belum berada di titik maksimal.

“Saya merasa kami sudah mengalami perkembangan selama empat tahun. Banyak hal yang sudah kami lakukan dengan benar dan kami tahu tim ini belum mencapai puncaknya," kata Southgate, dilansir BBC.

"Kesempatan-kesempatan itu sangatlah langka. Jadi untuk berada senyaris ini, sangatlah berat untuk esok harinya. Segalanya sudah dikerahkan, emosinya terkuras," sambungnya.

Meski demikian, Southgate meyakini Inggris punya masa depan cemerlang. Sebab, dalam turnamen ini mereka didominasi pemain-pemain muda.

Ya, Inggris merupakan tim dengan rataan usia termuda kedua di turnamen ini dengan 25 tahun, 3 bulan, 9 hari. Mereka hanya kalah muda dari Turki yang punya rataan 24 tahun, 11 bulan, 18 hari.

Turnamen terdekat adalah Piala Dunia 2022 yang rencananya bakal digelar di Qatar.

"Kami akan mencoba lagi. Terlalu sepele untuk mengatakan kami bisa pergi ke Piala Dunia di Qatar dan juara, itu agak sesumbar. Kami masih harus lolos. Anda mesti memulai siklus lagi," jelasnya.

"Tapi untuk bisa bekerja dengan para pemain ini setiap hari rasanya fantastis. Jadi ya ketika akhirnya seperti sekarang ini, situasinya sulit," jeasnya.