Penyebab Kematian Diego Maradona Mulai Temui Titik Terang
VIVA – Kontroversi penyebab kematian Diego Maradona perlahan menemui titik terang. Laporan terbaru menyebutkan tak ada kandungan obat-obatan atau alkohol jelang kematian mendiang pria asal Argentina itu.
Hal itu terungkap dalam pemeriksaan toksologi terhadap jenazah Maradona yang dilaporkan oleh Ole yang dikutip Football Italia. Analisis menegaskan Maradona tidak mengonsumsi obat-obatan atau alkohol selama beberapa hari sebelum kematiannya.
Yang ditemukan justru kandungan obat yang digunakan untuk membantu pemulihan fisiknya. Sebab, jelang kematiannya, jantung Maradona mengalami pembengkakan hingga mencapai 503 gram, hampir dua kali lipat berat jantung normal. Pun, dia juga memiliki masalah di hati dan ginjal.
Menurut laporan tersebut, Maradona dilaporkan meninggal setelah kritis selama enam hingga delapan jam. Dan ada jejak obat psikotropika ditemukan dalam darahnya seperti Quetiapine, Venlafaxine dan Levetiracetam seperti dikutip The Sun.
Quetiapine digunakan untuk mengobati gangguan mood termasuk depresi, skizofrenia dan gangguan bipolar.
Antidepresan Venlaxfaxine terkadang digunakan untuk mengobati serangan panik.
Levitiracetam termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai antikonvulsan dan digunakan dengan obat lain untuk mengobati epilepsi dan mencoba mengurangi jumlah kejang.
Investigasi terus dilakukan untuk memastikan kemungkinan tanggung jawab staf medis karena beberapa obat psikotropika tersebut dapat menyebabkan aritmia.
Maradona dinyatakan meninggal dunia pada 25 November 2020 lalu pada usia 60 tahun.