Final Piala Asia, Semangat Baja Qatar Lawan Tajamnya Samurai Jepang

Para pemain Timnas Jepang di ajang Piala Asia 2019
Sumber :
  • Twitter/@afcasiancup

VIVA – Sebagian masyarakat Indonesia mungkin tak terlalu memperhatikan, saat ini tengah digelar turnamen sepakbola paling prestisius di kawasan Asia, Piala Asia 2019. Mungkin ajang kini kalah mahsyur dari Piala Dunia atau Piala Eropa. Tapi, Piala Asia juga punya daya tariknya sendiri dan saat ini sudah memasuki partai puncak.

Ada bukti bahwa Piala Asia 2019 tak kalah kualitas dari Piala Dunia atau Piala Eropa. Buktinya, VIVA pernah merangkum sejumlah nama pelatih top dunia yang menangani beberapa tim nasional kontestan ajang ini. Sebut saja Hector Cuper di kubu Uzbekistan, Sven-Goran Eriksson bersama Filipina, dan Marcello Lippi bersama China.

Sayangnya, nama-nama besar itu gagal membawa tim yang dibesutnya hingga partai puncak. Sekarang, hanya tinggal Jepang dan Qatar yang menjadi dua negara yang tersisa. Keduanya bakal saling jegal di partai puncak, demi menjadi yang terbaik di Asia. 

Jepang sebelumnya berhasil menginjakkan kakinya di partai final usai menyingkirkan raksasa Asia lainnya, Iran. Dua gol pemain depan Werder Bremen, Yuya Osako, serta winger Hannover 96, Genki Haraguchi, mengantar Jepang ke partai puncak.

Armada Samurai Biru meraih catatan final kelima sepanjang keikutsertaannya di Piala Asia, sejak 1988. Pasukan Hajime Moriyasu juga berpeluang besar untuk meraih gelar juara kelima di ajang Piala Asia, setelah 1992, 2000, 2004, dan 2011.

Sementara bagi Qatar, skuat berjuluk Al-Annabi ini berhasil mencatat sejarah baru di Piala Asia. Ya, Qatar untuk pertama kalinya berhasil menembus partai final sepanjang keikutsertaannya sejak 1980. Sebelumnya, Qatar hanya mencapai prestasi terbaik di Piala Asia 2011. Saat itu, Qatar berhasil melangkah hingga babak perempat final.

Siapa yang akan menjadi juara Piala Asia 2019, Jepang atau Qatar? Jutaan mata orang Asia akan tertuju ke Zayed Sports City Stadium, Abu Dhabi, yang akan menggelar final Piala Asia 2019 pada 1 Februari 2019.

Misi Memburu Gelar Ke-5 dan Sejarah Sang Juru Taktik

Jepang jelas jadi lebih diunggulkan dalam laga final nanti. Sebab, Maya Yoshida cs punya materi pemain jauh lebih baik dari Qatar. Meski demikian, Jepang tak boleh jumawa dengan semua yang dimilikinya. Sebab, Qatar dipastikan bakal tampil habis-habisan dalam laga nanti.

Lihat saja Korea Selatan, raksasa sekaligus favorit juara yang berhasil didepak Qatar. Ya, anak asuh Felix Sanchez berhasil menyingkirkan Korea Selatan di babak perempat final. Secara materi, jelas The Taeguk Warriors lebih baik dari Qatar. Akan tetapi, motivasi tinggi dan militansi para pemain Almouz Ali cs mampu melebihi apa yang dimiliki Korea Selatan.

Bicara soal motivasi, Moriyasu mengingat masa saat ia masih aktif bermain dan berhasil mengantar Jepang juara Piala Asia pertama kali pada 1992. Moriyasu ingat betul bagaimana kondisi sepakbola Jepang, yang saat itu masih berada dalam masa transisi dari amatir menuju profesional.

Meski demikian, antusiasme masyarakat Jepang terhadap tim nasionalnya dilihat Moriyasu semakin meningkat. Benar saja, Jepang akhirnya ditunjuk AFC menjadi tuan rumah di tahun itu. Dan pada akhirnya, Moriyasu jadi salah satu pemain yang mengantar Jepang juara Piala Asia 1992. 

"Saat saya masih menjadi pemain, Jepang berada dalam masa transisi dari amatir menjadi profesional dan Piala Asia pertama kali di Jepang. Saya merasakan perhatian orang-orang tumbuh semakin tinggi setiap kali kami bermain. Kami belum pernah memenangkan gelar, jadi kami punya banyak motivasi," kata Moriyasu dikutip Fox Sports Asia.

"Sekarang, J-League sudah matang dan banyak pemain Jepang bermain di liga-liga top Eropa dan di luar negeri. Saya pikir, suasana tim nasional dan fakta bahwa mereka bermain sebagai satu kesatuan tetap sama selama bertahun-tahun. Tak cuma itu, motivasi para pemain terhadap (target) tim nasional juga sama," ujarnya.

Jelang laga final, Moriyasu sepertinya sadar bahwa status unggulan bisa menjadi beban tersendiri baginya dan tim. Oleh sebab itu, Moriyasu menuntut para pemain agar mampu menjawab tantangan dan mampu tampil maksimal di bawah tekanan.

"Sekarang kemenangan adalah hal yang normal. Dan, para pemain harus bermain dengan banyak tekanan. Itulah yang berbeda," ucap Moriyasu.

Sejarah dari Timur Tengah

Seperti yang dikatakan tadi, Qatar tak boleh diremehkan. Hassan Al-haydos cs punya catatan impresif selama perjalanannya menuju final. Tak cuma itu, Qatar juga mampu menyingkirkan para raksasa sekaligus favorit juara sebelum mencapai final.

Sedikit melihat ke belakang, Qatar memulai Piala Asia 2019 dengan rekor sempurna di fase grup. Qatar menyapu bersih tiga laga Grup E dengan kemenangan, termasuk poin sempurna saat menghadapi dua tim kuat, Arab Saudi dan Korea Utara.

Di babak 16 besar, Qatar berhasil menyingkirkan pemegang gelar juara Piala Asia 2007, Irak. Gol tunggal Bassam Al-Rawi memastikan langkah Qatar ke babak perempat final. Ujian kembali berhasil dilewati Qatar di babak selanjutnya. Pemegang dua gelar juara Piala Asia, Korea Selatan, juga mampu dipecundangi.

Lagi-lagi menang tipis. Kali ini, giliran gelandang Qatar, Abdulaziz Hatem, yang membuat gol tunggal dan mengklaim tiket ke semifinal. Kesuksesan ini memulai sejarah baru bagi sepakbola Qatar. Lolos ke semifinal Piala Asia 2019 adalah yang pertama dalam sejarah baru.

Sejarah belum berhenti dibuat Qatar. Ya, performa impresif Qatar kembali memakan korban. Kali ini giliran tuan rumah, Uni Emirat Arab (UEA), yang harus menerima kenyataan. Empat gol yang dicetak masing-masing oleh Boualem Khouki, Almouz Ali, Hassan Al-Haydos, dan Hamid Ismail, memastikan satu tiket tersisa ke partai pamungkas. Sejarah pun kembali dicatat Qatar.

Tak cuma itu, dilansir situs resmi AFC, sebuah rekor juga dibuat Qatar setelah menggasak UEA 4-0. Ya, kemenangan ini adalah yang terbesar khusus di babak semifinal sepanjang sejarah Piala Asia.

Militansi dan fokus menjadi hal yang paling utama menghadapi Piala Asia 2019. Dengan apa yang sudah dilalui sejak fase grup, Sanches merasa pasukannya memang layak untuk bermain di laga final. 

"Mereka sangat fokus pada tantangan dan situasi sampingan jadi saya pikir mereka bekerja dengan sangat baik sebagai tim dan itulah situasinya. Dalam enam pertandingan, kami tidak kebobolan gol. Ini sangat penting dan salah satu kunci utama mengapa kami memenuhi syarat untuk final," ujar Sanchez dikutim laman resmi AFC.

Jadi, siapa yang akan menjadi juara di edisi Piala Asia tahun ini? Apakah Jepang dengan semua sejarah dan kebesaran namanya di Benua Kuning? Ataukah daya juang tinggi Qatar yang akan jadi pemenang dalam laga nanti? Sebagai orang Asia tentunya patut bagi kita untuk menyaksikan laga itu.