Berlanjutnya Kutukan Wakil Amerika Latin di Tanah Eropa

Para pemain Brasil tertunduk lesu usai dikalahkan Belgia
Sumber :
  • Reuters/Toru Hanai

VIVA – Piala Dunia 2018 bagaikan kuburan bagi wakil-wakil Amerika Latin. Tak ada satu pun wakil dari Amerika Latin yang mampu menembus semifinal.

Setelah Uruguay dibekap Prancis, Brasil menjadi harapan terakhir Amerika Latin untuk bisa mengganggu dominasi wakil Eropa.

Nyatanya, saat jumpa Belgia di Kazan Arena, Jumat 6 Juli 2018 atau Sabtu dini hari WIB, Brasil malah kolaps. Mereka tak mampu mengimbangi permainan bertenaga Belgia.

Di babak pertama saja, Brasil sudah tertinggal dua gol. Mereka boleh mendominasi permainan pada paruh kedua. Tapi, Brasil kesulitan mencetak dua gol demi memperpanjang napas.

Cuma satu gol yang berhasil disarangkan Brasil pada babak kedua. Alhasil, mereka harus angkat koper.

Kekalahan dari Belgia memperpanjang catatan buruk Brasil saat jumpa wakil Eropa. Dalam empat edisi Piala Dunia terakhir, Brasil selalu disingkirkan wakil Eropa. Mereka yang sukses membuat Brasil manyun adalah Prancis (2006), Belanda (2010), Jerman (2014), dan Belgia (2018).

Dan untuk kali pertama dalam kurun waktu 12 tahun, formasi semifinal diisi oleh wakil Eropa. Secara keseluruhan, dikutip BBC, sudah empat semifinal Piala Dunia seluruh slotnya diisi wakil Eropa. Itu terjadi pada 1934, 1966, 1982, dan 2018. Kebetulan, empat edisi Piala Dunia tersebut digelar di Eropa.

Tersingkirnya Brasil pun menjadi sebuah kepastian, trofi Piala Dunia 2018 akan jatuh ke tangan wakil Benua Biru. Mereka memastikan akan memperpanjang dominasi atas Amerika Latin dalam persaingan di Piala Dunia dengan meraih 12 trofi Piala Dunia, termasuk di edisi 2018.

Dibayangi Kutukan

***

Jangan heran jika wakil Amerika Latin kesulitan bersaing di Piala Dunia 2018. Sebab, memang ada mitos yang berkembang dalam Piala Dunia, bahwa wakil-wakil Amerika Latin sulit meraih kesuksesan saat berlaga di Eropa.

Dilansir dari berbagai sumber, pencapaian terbaik wakil Amerika Latin adalah pada Piala Dunia 1958. Ketika itu, Brasil berhasil angkat trofi di Benua Biru.

Mereka juara di Swedia. Hebatnya, di periode awal kemunculan Pele, Brasil berhasil mengalahkan Swedia yang kala itu jadi favorit.

Setelahnya, tak ada lagi wakil Amerika Latin yang mampu juara di Eropa. Paling mentok, mereka melaju sampai final.

Itu terjadi pada 1990 dan 1998. Pada Piala Dunia 1990, Argentina jadi wakil Amerika Latin di final.

Mereka saat itu harus jumpa Jerman Barat. Tapi, Argentina gagal ikuti jejak Brasil. Mereka kalah dari Jerman Barat, 0-1.

Brasil sempat membuka peluang mencatatkan sejarah baru di Eropa pada Piala Dunia 1998. Mereka berpotensi juara lagi di Benua Biru setelah melaju ke final.

Sayangnya, Selecao malah dibantai Prancis di final. Mereka kalah tiga gol tanpa balas dari tuan rumah, Prancis.

Usai tragedi Brasil di Prancis, tak ada lagi wakil Amerika Latin yang bisa melaju hingga final saat Piala Dunia digelar di Eropa. Jangankan masuk final, wakil-wakil Amerika Latin selalu rontok pada perempatfinal.

Di Jerman, pada 2006 silam, Brasil bersama Argentina jadi wakil terakhir Amerika Latin pada perempatfinal. Nyatanya, baik Brasil dan Argentina gagal melaju ke semifinal.

Situasi yang hampir sama terjadi di Piala Dunia 2018. Ada dua wakil Amerika Latin yang menembus perempatfinal, Brasil dan Uruguay. Keduanya lagi-lagi tak bisa menembus semifinal dan harus merelakan trofi Piala Dunia kembali melayang ke tanah Eropa.

Apa yang dialami Brasil sebenarnya masih lebih baik ketimbang Argentina dan Kolombia. Sejak turnamen ini dimulai, keduanya sudah mengalami kolaps. Mereka kesulitan bersaing dengan lawan-lawan di grup masing-masing. Memang, pada akhirnya, Argentina dan Kolombia bisa lolos. Tapi, mereka harus gigit jari saat dikalahkan Prancis dan Inggris pada babak 16 besar.

"Kami pulang dengan kesedihan mendalam. Kami kalah dari tim yang hebat, di mana mereka mampu memanfaatkan peluang-peluang dengan baik untuk mencetak gol. Kami kini harus bangkit, dengan pemain muda bertalenta yang bisa memenangkan Piala Dunia selanjutnya," kata kapten Brasil, Joao Miranda, dilansir Reuters.

"Sudah berbagai upaya kami coba, bertarung hingga akhir. Kami pulang dengan kepala tegak," lanjutnya.