Blusukan Cari Pemain Timnas Indonesia, Positif atau Negatif?

Indra Sjafri, Luis Milla, dan Fakhri Husaini dalam diskusi sepakbola Indonesia
Indra Sjafri, Luis Milla, dan Fakhri Husaini dalam diskusi sepakbola Indonesia
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yudhi Maulana

VIVA – Masih lekat dalam ingatan, Indra Sjafri memilih blusukan mencari pemain guna memperkuat tim nasional Indonesia U-19 pada 2012 lalu. Dari sana dia membentuk tim yang akhirnya sukses menjuarai Piala AFF U-19 2013.

Ketika itu, Indra berpindah kota dan kabupaten di seluruh Indonesia, hampir setiap pekannya. Dia melakukan pantauan langsung akan bakat-bakat mumpuni yang mampu memberi kebanggaan bagi Indonesia.

Dipercaya kembali menjadi pelatih Timnas U-19 pada 2017 ini, Indra memilih tidak blusukan. Menurutnya, metode tersebut justru memberi bukti jika sistem kompetisi usia muda di Indonesia tidak benar.

"Saya berharap kalau ada pembentukan Timnas, tidak ada lagi blusukan. Tidak gampang, capek banget. Dua bulan cari pemain," ungkap Indra, dalam diskusi yang digelar PSSI dan PSSI Pers di Senayan City, Jakarta.

Dukungan dari Asosiasi Provinsi PSSI amat dibutuhkan oleh para pelatih Timnas usia muda. Hal tersebut diutarakan oleh pelatih Timnas U-16, Fakhri Husaini.

(Baca juga: Jalan Panjang Timnas Indonesia Menuju Pentas Dunia)

Sempat menangani Timnas U-16 dan U-19 pada 2014 lalu, Fakhri merasakan betul minimnya kontribusi Asprov PSSI. Akhirnya, mereka mencoba metode baru agar jangkauannya lebih luas.

"2014 kami bersurat ke Asprov memilih pemain terbaik di wilayahnya, 33 pemain. Kami bagi tugas dengan asisten pelatih berkunjung melihat di daerah, tapi tidak semua asprov menjawab. Hanya 29 saja," beber Fakhri.

"2017 ini kami pakai cara beda, tetap pakai Asprov, tapi langsung menunjuk seleksi menjadi wilayah. DKI untuk mengakomodir daerah yang tidak bisa dijangkau," imbuhnya.

Diakui pria berusia 52 tahun tersebut, para pemain yang diseleksi memiliki karakter yang hampir sama meskipun berbeda daerah. Hanya yang berasal dari Pulau Jawa lebih matang dalam bermain.

Hal tersebut diakuinya tak lepas dari banyaknya kompetisi usia muda di Pulau Jawa. Sedangkan anak-anak di daerah minim jam tanding, bahkan dari penemuannya, ada daerah yang menggelar turnamen sepakbola usia muda setiap empat tahun sekali.

Pelatih Timnas U-22, Luis Milla Aspas, memberi masukan positif terhadap sepakbola usia muda Indonesia. Dia menilai ada banyak talenta, dan yang diperlukan saat ini adalah kesamaan visi dari semua pihak untuk menuju satu tujuan.

"8 bulan saya melihat banyak pemain bertalenta, bekerja sama visi satu dan jangan lupa sepakbola usia muda butuh waktu, harus di visi yang sama," kata Milla. (one)