Rentetan Rusuh Sepakbola Indonesia yang Picu Reaksi Menpora

Ilustrasi kerusuhan suporter di stadion.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA.co.id – Sepakbola Indonesia dalam sepekan ini benar-benar kacau. Terhitung ada empat insiden yang meninggalkan noda hitam di kompetisi Liga 1 dan Liga 2.

Yang pertama terjadi pada 11 Oktober 2017 lalu dalam pertandingan Persewangi Banyuwangi melawan PSBK Blitar. Laga playoff khusus itu sejak awal sudah diprediksi bakal ricuh.

Penyebabnya, Persewangi tidak terima harus menjalani playoff khusus melawan PSBK. Dalam klasemen terakhir Grup 6 Liga 2, mereka berada di atas PSBK.

Dengan berada di posisi ke-4 Grup 6, Persewangi mendapat tiket menuju babak playoff bertahan di Liga 2 musim depan. Namun, PSSI berkata lain. Mereka menganggap PSBK juga berhak, karena raihan poinnya sama-sama 18.

Dalam regulasi, head to head kedua tim menjadi pertimbangan utama. Dan untuk Persewangi dan PSBK, keduanya berhasil saling mengalahkan. Dengan begitu, perhitungan dialihkan ke selisih gol.

Di sinilah bukti kuat Persewangi berhak melaju ke babak playoff. Mereka punya surplus satu gol, sedangkan PSBK tidak punya sama sekali.

Sengkarut penentuan playfoff khusus rupanya ada perbedaan antara PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB). Jika PSSI ingin ada laga tersebut, namun operator kompetisi berkata tidak.

Chief Operation Organisation (COO) PT LIB, Tigor Shalomboboy menegaskan, pihaknya sejak awal menentukan Persewangi yang layak melaju. Namun, karena ada kebijakan PSSI, mereka tak bisa berbuat banyak.

"Kewenangan murni ada di federasi, saya tidak mengatakan PSSI profesional atau tidak tapi setiap negara pasti beda kebijakan dan kita hormati keputusan dan menjalankan," ujar Tigor.

Dan akhirnya PSSI pun harus menerima kenyataan pahit. Laga Persewangi melawan PSBK sejak awal sudah ada aksi baku pukul. Sampai wasit pun dikejar-kejar pemain dan ofisial.

Seorang Suporter Meninggal Dunia
***

Hanya berselang satu hari, insiden menyedihkan kembali terjadi di Liga 2. Pertandingan Persita Tangerang melawan PSMS Medan dalam laga lanjutan babak 16 besar Liga 2 berakhir ricuh.

Suporter dari kedua tim bentrok di dalam dan luar lapangan. Akibatnya, seorang pemuda bernama Banu Rusman yang masih berusia 17 tahun meninggal dunia.

Suporter Persita tersebut mengalami pendarahan. Meski sudah dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak bisa tertolong.

Kasus itu menjadi sorotan publik karena pendukung PSMS merupakan bagian dari anggota Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, (Kostrad). Dan itu diakui oleh Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi.

Pria yang menjabat sebagai Panglima Kostrad itu berjanji akan menghukum prajuritnya yang berbuat onar. Dan untuk sementara mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalam stadion.

"Saya akan cari tahu ini apa persoalannya. Untuk sementara, saya tidak izinkan prajurit-prajurit masuk ke stadion (menonton pertandingan)," tutur Edy.

Masih dari Liga 2, pada 12 Oktober 2017, suporter Persebaya Surabaya, yang biasa disebut Bonek mengamuk di Stadion Gelora Bung Tomo. Mereka turun ke lapangan usai tim jagoannya kalah 0-1 dari Kalteng Putra di babak 16 besar Liga 2.

Pemain dan ofisial Kalteng Putra dikejar oleh para Bonek. Beruntungnya mereka bisa diamankan. Sayangnya, Bonek justru jadi bentrok dengan aparat keamanan.

Wasit Asing Liga 1 Jadi Korban Kekerasan
***

Di hari keempat, tepatnya 13 Oktober 2017 kericuhan merembet ke pertandingan Liga 1, yakni saat Madura United menjamu Borneo FC di Stadion Ratu Pamelingan. Wasit asal Iran, Hasan Akrami menjadi korban kekerasan suporter yang lolos masuk ke dalam lapangan.

Sambil berlari, suporter tersebut melepaskan tendangan ke dada Hasan. Aparat keamanan pun bergerak cepat dengan langsung melindungi sang pengadil.

Tak sampai di sana, para suporter juga mengamuk dengan merusak fasilitas stadion. Mereka tidak bisa menahan diri, karena merasa tim kebanggaan dirugikan oleh keputusan wasit.

Akumulasi kejadian-kejadian itulah yang memancing reaksi keras Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi. Dia memberi peringatan kepada PSSI untuk segera menyelesaikan masalah yang ada.

"Silahkan usut. Komisi Disiplin harus turun tangan. PSSI tidak boleh diam usut tuntas ke akar-akarnya lakukan tindakan beri sanksi yang jelas yang benar," kata Imam, saat ditemui di Malang, Sabtu, 14 Oktober 2017.

Imam menyebut, kericuhan dan aksi kekerasan di sepakbola tanah air bukan pertama kali terjadi. Bahkan reformasi yang pernah diusung pemerintah melalui Kemenpora bertujuan untuk memperbaiki tata kelola sepakbola.

Jika reformasi sepakbola Indonesia belum terjadi, Imam mengatakan bukan tidak mungkin pemerintah akan kembali masuk dan turun tangan atas segala kegaduhan sepakbola nasional.

Peringatan keras dari Imam ini layak dapat perhatian dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Karena masih lekat dalam ingatan, pada 2015 lalu Imam memutuskan untuk melakukan pembekuan agar sepakbola Indonesia menjadi lebih baik.

"Ini tidak hanya sekarang, tapi ini perbuatan yang terulang. Harus ditindak biar reformasi yang saya gulirkan berguna ada manfaatnya jangan sampai pemerintah turun tangan lagi," tegas pria asal Bangkalan, Madura itu.