Kekuatan Mimpi Garuda Select yang Tak Goyah Diguncang Pandemi Corona
- Dok. Garuda Select
VIVA – The Unexpected Ending, ya begitu judulnya. Sebuah akhir yang tak bisa diduga oleh para pemain Garuda Select musim kedua.
Mereka harus mengakhiri petualangan di musim kedua karena situasi yang tak ideal. Ya, pandemi virus corona COVID-19, telah menghentikan perjuangan para pemain Garuda Select.
Terpaksa, mereka harus pulang. Padahal, sebenarnya masih banyak agenda yang sudah menanti. Arsenal, Manchester City, Bournemouth, dan Leicester City, awalnya disiapkan untuk menjadi lawan Garuda Select.
Namun, memang rencana boleh saja dibuat dan Tuhan yang menentukan. Pandemi virus corona telah membuat rencana Garuda Select berantakan.
Alhasil, program latihan harus diubah. Game internal dijadikan sebagai alternatif untuk menjaga kebugaran para pemain.
Hanya saja, mereka tak bisa terus berlatih. Sebab, kebijakan lockdown pemerintah Inggris memaksa kegiatan olahraga, khususnya di sepakbola, dalam berbagai level harus dihentikan.
Dalam tayangan Dream Chasers Episode 22: The Unexpected Ending, terlihat jelas bagaimana Oak Park ditutup.
Sebuah akhir yang tak diinginkan. Terlebih, sebelum Garuda Select musim kedua dihentikan lebih dini, ada salah satu pemain yang tumbang. Muhammad Rafli Asrul, gelandang serang mini nan eksplosif, mengalami cedera lutut yang cukup serius.
"Sangat disayangkan, karena saya harus berlatih bersama teman-teman di masa seperti ini," kata Rafli.
Cedera yang dialami Rafli, muncul ketika berbenturan dengan Fajar Fatur Rahman. Awalnya, kepala medis Garuda Select, Macaulay Spurling, menilai cedera Rafli terbilang temporer dan bisa melanjutkan latihan.
"Dia sebenarnya baik-baik saja. Tapi, ketika dipaksakan berlatih, dampaknya tak baik. Dia harus istirahat," ujar Macaulay.
Situasi tak enak lainnya. Dengan begitu, fase akhir Garuda Select musim kedua jadi cukup menyedihkan. Kekurangan pemain, di akhir-akhir sesi latihan dan memaksa pelatih fisik, Jack Fitzsimmons, untuk ikut latihan.
"Dalam kondisi ini, kami sudah menyadari mereka harus pulang," ujar Direktur Teknik Garuda Select, Dennis Wise.
Akhir yang tak ideal, namun bukan berarti harapan dan impian anak-anak muda terbaik Indonesia berantakan. Mereka masih punya asa untuk bisa berbicara banyak dan mewujudkan keinginan tampil di kancah sepakbola Eropa.
Musim ketiga, akan dilaksanakan. Pemain yang ada di musim kedua, bisa dipanggil lagi. Pun, kemungkinan ada tambahan pemain di musim ketiga karena proses pemantauan sudah berjalan.
Impian belum mati, karena justru makin melambung tinggi. Keberhasilan Brylian Aldama meneken kontrak dengan agensi pemain Eropa membuka peluang rekan-rekannya mengikuti jejak yang sama, dan berlaga di pentas benua biru.
Bukan bicara soal bagaimana kejadian di akhir. Namun, proses yang dijalani para pemain Garuda Select yang harus jadi inspirasi. Di awal program musim kedua, banyak pemain yang mengalami cultural shock. Sebab, mereka harus beradaptasi dengan budaya kehidupan baru sepakbola dan sehari-hari yang berbeda dengan sebelumnya dialami saat masih di Indonesia.
Tapi, pada akhirnya, mereka bisa melewatinya dan semua terekam jelas dalam dokumenter Dream Chasers Garuda Select yang ditayangkan di Mola TV. Bisa disaksikan loh lewat paket Corona Care.