Gempa Banten, Media Officer Arema: Alhamdulillah Pemain Aman
- timesindonesia
Media Officer tim Arema FC, Sudarmaji mengaku, bahwa pemain Arema yang sedang berada di Jakarta, dalam kondisi aman, setelah Jakarta diguncang gempa Mag:7.4, Jumat (2/8/2019) malam. Namun, pemain pada berlarian keluar hotel. Pemain Arema tinggal di Ibis Hotel Slipi, Jakarta Barat.
Menurut Media Officer tim Arema FC, Sudarmaji, kondisi pemain ‘Singo Edan’ aman di Jakarta. Dalam kondisi sehat jelang pertandingan melawan Persija Jakarta. “Alhamdulillah Aman. Namun, pemain pada panik,” kata Sudarmaji.
Diberitakan sebelumnya, saat gempa, pemain berada di dalam kamar hotel. Banyak pemain yang sedang menonton pertandingan Persebaya melawan Persipura. Saat itu gempa terjadi dan pemain Arema langsung berhampuran ke luar hotel melewati tangga darurat.
Aremania yang ada di Malang, ikut mendokan semua pemain Arema yang ada di Jakarta dalam kondisi selamat. “Semoga pemain Arema aman di Jakarta. Juga semua masyarakat yang di Jakarta selalu dalam lindungan Allah,” kata Sholeh, Aremania Malang Selatan.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan telah mengakhiri peringatan dini tsunami usai Gempa Banten dan ini bukan berarti mencabut peringatan tsunami. Potensi tsunami tetap bisa muncul bila terjadi gempa besar.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat memberi keterangan pers di Kantor BMKG pada Jumat malam, 2 Agustus 2019, telah dilakukan pemantauan muka air laut. Hasilnya, tidak terindikasi ada perubahan muka air laut yang signifikan.
"Monitor muka air laut, dengan alat pemantau pasang surut muka air laut. Tidak terindikasi tidak ada perubahan muka air laut yang signifikan," katanya.
Karena itu, berdasarkan SOP yang diterapkan atau menunggu hingga 2 jam setelah peringatan tsunami diterapkan, maka pada pukul 21.35 WIB, peringatan dini tsunami akibat gempa Banten dengan kekuatan magnitudo 6,9 diakhiri.
"Menunggu SOP, setelah perkiraan akhir tsunami datang sejak 19.35, kemudian ditunggu 2 jam pada 21.35, maka peringatan dini potensi tsunami diakhiri. Diakhiri, bukan dicabut," kata Dwikorita. (*)