Bisnis Produk Ramah Lingkungan Dinilai Tak Menguntungkan

Ilustrasi ramah lingkungan.
Sumber :
  • Pixabay/Geralt

VIVA.co.id – Penggunaan produk ramah lingkungan di Indonesia terbilang sangat rendah. Hal ini salah satunya karena ketersediaan produk ramah lingkungan yang disediakan peretail masih sangat sedikit.

Dalam survei kualitatif yang dilakukan Nielsen terkait 'Persepsi Ritel dan Konsumen Terhadap Konsumsi Berkelanjutan,' dari ritel baik lokal maupun nasional, cenderung lebih menyediakan produk yang dianggap netral.

"Ritel mengetahui tentang produk ramah lingkungan, namun lebih fokus untuk menyediakan produk yang dianggap netral, yaitu produk yang dianggap legal namun belum tentu ramah lingkungan," ungkap Taufik, Consumer Insight Qualitatife Researcher, Nielsen Indonesia, di kawasan Cikini, Senin, 18 September 2017.

Dia memaparkan bahwa dari ritel tersebut cenderung menyediakan barang yang lebih banyak dicari dan memberikan keuntungan. Taufik juga menjelaskan bahwa pada umumnya ritel membuat keputusan suplai berdasarkan permintaan konsumen dan legalitas dari produk tersebut.

"Jadi sesuai permintaan konsumen, ritel menjual produk ramah lingkungan yang memiliki dampak langsung untuk konsumen, terutama dalam hal menghemat biaya, seperti lampu hemat energi," lanjut Taufik.

Sedangkan untuk produk yang memiliki dampak tidak langsung pada kesehatan maupun lingkungan memiliki lebih sedikit permintaan pasar. Hal ini lanjut Taufik dipengaruhi minimnya informasi yang dimiliki konsumen dam persepsi ritel tentang risiko menjual produk ramah lingkungan.

"Secara umum produk ramah lingkungan dianggap cenderung lebih berisiko mahal sehingga memiliki turnover rate yang rendah. Sesuai sifatnya yang organik, produk tersebut juga dianggap memiliki usia yang pendek dan  diproduksi hanya dalam jumlah kecil," ungkap Taufik.

Survei ini sendiri dilakukan terhadap empat ritel nasional dan 14 ritel lokal. Ritel yang dipilih pun ialah yang mendistribusikan produk berbahan baku minyak kelapa sawit, makanan laut dan kayu di dalam toko.

Survei ini dlakukan mulai dari 26 Juni hingga 14 Juli 2017, dengan mempertimbangkan ritel yang telah beroperasi selama 8 tahun.