RI Tawarkan Proyek Konektivitas Antar Wilayah ke Beijing
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA.co.id – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) One Belt One Road (OBOR), pemerintah menyiapkan penawaran paket-paket rencana pembangunan untuk dapat menarik investasi dari China maupun negara peserta lainnya.
"Strategi kita untuk pembangunan berkesinambungan dan seimbang antara Jawa dan luar Jawa. Itu yang kita coba tawarkan ke China untuk bisa menjadi satu bagian pembangunan secara berkelanjutan," ujar Luhut dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 14 Mei 2017.
Adapun proyek-proyek yang ditawarkan, antara lain di Manado yang berfokus pada pembukaan konektivitas antarwilayah dan bidang transportasi. Saat ini, Manado hanya memiliki lapangan terbang yang panjangnya 2.800 meter, sehingga pemerintah berencana mengembangkan lapangan terbang di sana.
Pembangunan pusat transportasi dan akomodasi baru di daerah timur Indonesia tersebut diproyeksikan dapat meningkatkan konektivitas dengan luar negeri. "Kami juga berencana membangun rel kereta api dari Gorontalo ke Bitung," ujarnya.
Bitung dinilai sebagai lokasi yang cukup strategis untuk menjadi penghubung ke Australia dan Jepang.
Selain itu, beberapa penawaran proyek untuk Indonesia tengah, seperti pembangunan PLTA. Kalimantan Utara disebutkan memiliki potensi hydropower sebesar 7.700 megawatt (MW). Pemerintah menawarkan 3 hingga 4 tahap pembangunan berkelanjutan untuk proyek hydropower tersebut.
"Mimpi kita, nanti ingin bangun aluminium smelter di sana," ujarnya.
Untuk Indonesia bagian barat, proyek pembangunan meliputi pembangunan perpanjangan jalur kereta api dari Kuala Tanjung, Sumatera Utara yang akan disambungkan ke wilayah Danau Toba, Duri, Dumai, dan Pekanbaru.
KTT One Belt One Road (OBOR) yang disebut juga Belt and Road Forum for International Cooperation, berlangsung di Beijing, China pada 14-15 Mei 2017.
KTT ini diikuti 50 negara, termasuk 29 kepala negara dan kepala pemerintahan, seperti Perdana Menteri Malaysia Nadjib Abdul Razak dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.