Siap-siap, Negara ASEAN Bakal Jadi Importir Gas Cair

Ilustrasi pipa kilang LNG.
Sumber :
  • VIVAnews/Zulfikar Husein

VIVA.co.id – Direktur Gas, Energi Baru dan Terbarukan (Gas EBT) Yenni Andayani mengatakan, ASEAN diprediksi akan berubah dari net eksportir menjadi net importir pada 2030.

Hal tersebut didorong oleh permintaan (demand) gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) sejak lima hingga enam tahun terakhir yang terus meningkat. "Demand nggak bisa ketemu supply. Harga minyak rendah bikin harga LNG turun. Meningkatkan risk market finance (pada) 2023," kata Yenny di Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2016.

Ia mengatakan, impor ASEAN akan sama seperti India dan Korea. Korea mulai impor dua dekade lalu. Kemudian, India menjadi negara importir satu dekade ke depan.

Menghadapi kemungkinan menjadi negara importir, ia melihat negara-negara ASEAN mulai bersiap-siap. "Sebagian dari mereka sudah mulai bangun LNG infrastruktur. Untuk membangun receiving terminal dengan kapasitas mencapai 70 juta ton per annum yang diharapkan beroperasi mulai 2023," ujarnya menambahkan.

Mempersiapkan kenyataan tersebut, menurutnya akan menjadi tantangan besar untuk Indonesia. Indonesia diupayakan untuk agresif menghadapi kompetisi yang akan muncul di antarnegara ASEAN. "Kita harus siap menghadapi kompetisi. Kalau semua negara ASEAN membangun infrastruktur gas dalam waktu bersamaan, untuk mendapatkan kontraktor adalah hal yang perlu kita pikirkan," ucapnya.

Saat ini, beberapa negara, seperti Thailand, Vietnam, hingga Filipina sedang bersiap. Sementara Indonesia, akan menyiapkan infrastruktur terminal terapung dan unit regasifikasi atau floating storage and regasification unit (FSRU) yang akan dibangun di Jawa Barat, Lampung, dan Aceh. Selain itu, untuk wilayah Banten dan Jawa Tengah akan dibangun penambahan FSRU.

"Kita dulu salah satu eksportir LNG terbesar di dunia pada tahun 80 dan 90. Dan kita harus terima kalau kita akan menjadi importir di tahun 2030," katanya.

(mus)