Warga Seram Bagian Timur Kirim Uang Dipotong Rp50 Ribu

Ilustrasi uang rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id – Di tengah peradaban modern dan teknologi canggih, ternyata masih ada daerah di Indonesia yang belum memberikan kemudahan akses pada masyarakatnya.

Hal ini terjadi di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Maluku. Sejak dimekarkan pada 2003, proses pembangunan di kawasan ini belum menunjukkan kemajuan berarti.

Banyak wilayah di kabupaten ini masih terisolasi dari akses pembangunan infrastruktur dasar, seperti pendidikan dan kesehatan.

Paling nyata adalah fasilitas perbankan karena hanya tersedia dua, dan terletak di ibu kota kabupaten serta Kecamatan Geser. Kedua wilayah ini sulit dijangkau warga dari kecamatan lain di kabupaten ini. 

Hal ini memaksa warga untuk menggunakan pola tradisional dalam mengirimkan uang tunai, yaitu dengan menggunakan jasa titip, dengan potongan harga melebihi biaya administrasi di bank.
 
"Biasanya di kampung kami, Pulau Gorom, titip uang ke orang (yang disebutnya orang kaya). Lalu, nanti kami ambil di Kota Ambon, sekali kirim dipotong Rp35 ribu dan bisa Rp50 ribu," kata warga Kecamatan Gorom, T. Buano kepada VIVA.co.id di Ambon, Sabtu 12 Maret 2016.

Tindakan serupa juga mesti dilakukan, jika ada masyarakat yang mau mengirimkan uang tunai pada kerabatnya di kabupaten ini.

"Kalau ada kiriman nanti kami dihubungi untuk mengambilnya. Kalau ingin kirim uang ke kampung, ya nunggu ada saudara yang akan pulang baru kami nitip. Tidak bisa pakai sarana bank karena tak ada kantor bank," ungkapnya.

Dia berharap Abdul Mukti Keliobas dan Fachri Husni Alkatiri, bupati dan wakil bupati yang baru dilantik 17 Februari 2016, dapat memperhatikan masalah yang mereka hadapi sejak lama ini secara serius, agar ada sarana bank di kabupaten mereka.