China Dipandang 'Pusat Kekecewaan' Sektor Manufaktur

Uang kertas Yuan bersama mata-mata uang lainnya.
Sumber :
  • REUTERS/Tyrone Siu

VIVA.co.id -Sektor manufaktur China jatuh pada level terendah, sementara Eropa dan AS cenderung statis.

Laporan terbaru yang dirilis oleh JPMorgan mengenai perkembangan sektor pabrik di Asia yang dirilis pada Senin, 1 Februari 2016,  menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penyaluran barang di awal tahun 2016.
 
Dalam laporan ini, seperti dilansir Reuters, Senin, 1 Februari 2016, menyebut China sebagai ‘pusat kekecewaan’ lantaran sektor manufaktur mereka jatuh pada level terendah sejak pertengahan 2012.
 
Bahkan, menurut laporan tadi, yang lebih buruknya lagi menjalar ke perdagangan teknologi tinggi seperti Korea Selatan dan Taiwan. Rendahnya permintaan dan rendahnya tingkat inflasi membuat Bank Sentral Jepang menurunkan suku bunganya di bawah nol minggu lalu, dan dampaknya diperkirakan berlanjut pada tahun ini.
 
Sementara data survey AS dan Uni Eropa menunjukkan pertumbuhan sektor manufaktur cenderung statis untuk wilayah Eropa dan Atlantik. Kepala Peneliti Ekonomi JPMorgan, Bruce Kasman mengatakan, risiko bisnis yang dihadapi negara maju antara lain tingginya nilai tukar mata uang, produktivitas rendah dan permintaan pasar.
 
“Bank sentral menyadari risiko ini, dan berdasarkan pengalaman mereka bila terjadi hal serupa mereka langsung merespon cepat terkait pelemahan sektor industri. Meskipun hal tersebut tidak berdampak resesi,” ujar Kasman.
 
Dengan demikian, menurut Kasman, berbekal pengalaman terdahulu, JPMorgan memprediksi sektor manufaktur masih mengalami stagnan yang berdampak kepada pelonggaran moneter atau kebijakan lainnya.

Lazuardi Utama Rizky