Ini Harga Keekonomian Pertalite

Peluncuran Pertalite.
Sumber :
  • Arie Dwi Budiawati, VIVA.co.id
VIVA.co.id
- Setelah masa promosi berakhir Pertalite, bahan bakar minyak (BBM) baru yang diluncurkan PT Pertamina, akan dijual dengan harga sekitar Rp8.700-8.900 per liter. Namun, selama masa uji produk ini, BBM hijau tersebut diberi diskon menjadi Rp8.400 per liter. 

Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang, mengungkapkan, penetapan harga Pertalite dipengaruhi dua hal, pertama harga keekonomian minyak mentah dan nilai tukar rupiah. 

"Seharusnya, kami menjualnya Rp8.700-8.900 per liter. Tapi, kami Rp8.400 lebih sedikitlah," ujarnya di Jakarta, Jumat 24 Juli 2015. 

Dia mengatakan, saat ini meskipun harga keekonomian minyak mengalami penurunan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. 

"Harga MOPS memang tengah turun. Tapi, kurs kan susah dulu, kursnya Rp12.500, sekarang Rp13.400. Naiknya sudah berapa persen?" kata dia.

Pertamina menurutnya, akan mengevaluasi harga Pertalite Ron 90 setiap dua minggu sekali setelah masa promosi berakhir. Hal ini sama seperti ketika Pertamax diluncurkan. 

"Tapi, belum tentu dua minggu sekali harganya berubah," tambahnya. 

Uji pasar

Meskipun optimistis Pertalite disambut baik oleh masyarakat, tahap uji pasar menjadi bagian penting dalam menentukan apakah BBM jenis ini tetap diproduksi atau tidak. 

"Tahapan uji pasar ini sangat penting bagi Pertamina untuk mengetahui animo masyarakat terhadap pertalite," kata Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto dalam kesempatan yang sama. 

Apalagi menurut Mantan dirut PT Semen Indonesia (Persero) ini, peluncuran Pertalite ini dilakukan guna merespons perkembangan dunia otomotif saat ini. Kebutuhan akan BBM ramah lingkungan semakin besar saat ini. 

"Terjadi peningkatan kebutuhan terhadap BBM yang berkualitas. Permintaan dan peningkatan konsumsi BBM di atas RON 88 jauh lebih besar," tegasnya. 

Dia mengatakan, tes pasar rencananya akan dilakukan paling lambat dua bulan. Sebelum nantinya akan dievaluasi dan dijual dengan harga keekonomian. 

"Apakah benefitnya itu betul-betul dinikmati konsumen. Kalau tak ada yang mau membeli, itu ada something wrong, pricing juga bagian dari tes apakah akan dilakukan evaluasi," kata dia.