Limbah Tebu Jadi Bahan Pembuatan Beton
Minggu, 10 Mei 2015 - 08:45 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id - Limbah pengolahan pabrik tebu selama ini hanya dimanfaatkan menjadi pupuk oleh petani di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Hal itu, mengingat terdapat salah satu pabrik gula, PT PG Madu Baru, yang berlokasi di Kecamatan Kasihan.
Namun, di tangan tiga mahasiswa UMY, yakni Hernawan Fajar, Aditya Wibawa Mukti, dan Alfi Arifai, limbah tebu dimanfaatkan untuk campuran pembuatan beton.
Baca Juga :
Namun, di tangan tiga mahasiswa UMY, yakni Hernawan Fajar, Aditya Wibawa Mukti, dan Alfi Arifai, limbah tebu dimanfaatkan untuk campuran pembuatan beton.
“Ide memanfaatkan limbah tebu ini sebenarnya kami dapat dari Aditya, yang waktu itu membaca tiga jurnal, di mana dalam jurnal tersebut menyarankan ketiga limbah ini untuk digabung karena nantinya akan menghasilkan beton yang baik, akhirnya dari situlah kami membuat beton dari limbah tebu. Pemanfaatan limbah ini juga didukung dengan tema yang ada, yaitu memanfaatkan limbah lokal,“ jelas Hernawan kepada
VIVA.co.id
, Sabtu 9 April 2015.
Fajar menjelaskan, limbah tebu yang digunakan ada tiga macam. Pertama, satu beton ditambahkan dengan abu ampas tebu. Kedua, satu beton ditambahkan abu ampas tebu teraketel, dan ketiga, satu beton ditambahkan dengan molase atau cairan gula yang sudah dikristalkan berulang-ulang yang tidak bisa digunakan lagi.
"Dari ketiga campuran limbah tersebut akhirnya kami jadikan satu dan dicampurkan dengan beton," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, dalam pembuatan beton ini ada beberapa hal yang harus diperhitungkan, yaitu kekuatan dan juga ketepatan.
“Untuk membuat adonannya kami membutuhkan waktu sehari. Namun, bukan hanya berhenti di situ saja, kami tetap harus melakukan pengujian kekuatan dan ketepatan beton tersebut. Waktu pengujian kami lakukan pada hari ke-14, yang kami uji di laboratorium UMY dan hari ke-28 kami lakukan pengujian di ITS," tuturnya.
Fajar mengungkapkan, awalnya pesimis dengan hasil pengujian pada hari ke-14 yang dilakukan di laboratorium.
Karena, hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan yaitu hanya 16-17 Mpa, padahal pada ketentuan lomba kekuatannya harusnya 30 Mpa.
"Pada hari ke-28 akhirnya beton itu diuji lagi, namun kali ini langsung di ITS waktu lomba dan ketika diuji hasilnya sangat mencengangkan karena target yang kami buat malah melebihi yaitu 30-37 Mpa," ungkapnya.