Penurunan Harga Sulitkan Produsen Semen Pertahankan Laba
- Antara/ Ampelsa
VIVA.co.id - Kebijakan pemerintah menurunkan harga semen menyulitkan produsen semen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengejar margin laba seperti yang dibukukan tahun 2014.
"Berat (memperoleh laba) di 2015, berharap tahun ini sama, tapi tak apa, untuk negara dan masyarakat akan dilakukan," kata Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk, Agung Wiharto di Padang, Sumatera Barat, Selasa, 17 Maret 2015.
Tahun lalu, Semen Indonesia Group membukukan laba sebesar Rp5,65 triliun dengan jumlah produksi mencapai 26,5 juta ton, meningkat 3,5 persen dibanding tahun 2013. Perseroan menguasai 44 persen pasar semen nasional. Secara keseluruhan, perkiraan total penjualan semen nasional seperti yang dirilis asosiasi semen di tahun 2014 mencapai 61 juta ton, meningkat 5,1 persen dibanding 2013.
Awalnya Agung berharap, pihaknya bisa mempertahankan keuntungan seperti yang diraih tahun sebelumnya.
"Buat kita bisa bertahan di laba yang sama, sudah bagus, dengan asumsi tidak ada kenaikan harga," ujarnya menambahkan.
Ia mengatakan, beban yang mesti ditanggung perusahaan untuk mempertahankan margin keuntungan, yakni kenaikan biaya produksi sebesar 6 persen imbas dari biaya energi (listrik) dan transportasi.
"Beban paling besar itu di batu bara yang mencapai 26 persen dari biaya operasional, kemudian listrik dan transpor," katanya.
Menurut dia, perusahaan akan melakukan efisiensi termasuk mengajukan renegosiasi dengan transporter. Perusahaan juga berniat mengetatkan biaya promosi lewat media sebagai langkah efisiensi.
Sebelumnya, pemerintah menurunkan harga semen yang diproduksi BUMN sebesar Rp3.000 per sak berlaku sejak 16 Januari 2015. Penurunan harga itu bersamaan dengan turunnya harga elpiji dan bahan bakar minyak jenis solar serta premium. Pemerintah beralasan, penurunan harga semen karena seiring turunnya harga produksi.
Eri Naldi/Padang
Baca juga: