Ekspor Indonesia Didongkrak Lewat Produk Daur Ulang

Ekspor Indonesia Didongkrak lewat Produk Daur Ulang
Sumber :
  • Miranti Hirschmann/Frankfurt

VIVA.co.id - Sebanyak 59 perusahaan asal Indonesia berpartisipasi dalam Ambiente, pameran aksesori dan gaya hidup terbesar di Jerman, yang diselenggarakan di Frankfurt pada 13-17 Februari 2015. Mereka berpartisipasi bersama 4.811 perusahaan lain dari 94 negara.

Sejumlah perusaahaan tergabung dalam Paviliun Indonesia dan yang lain berpartisipasi secara mandiri pada pameran itu. Paviliun Indonesia adalah hasil kerja sama Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, SIPPO (organisasi bantuan Swiss bagi industri kecil), dan CBI (organisasi bantuan Belanda bagi industri kecil).

Atase Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin, Lita Gustina, mengatakan bahwa dengan banyaknya perusahaan yang ikut berpartisipasi di Ambiente, diharapkan dapat mendongkrak ekspor Indonesia di bidang dekorasi rumah dari industri kecil.

“Ini adalah salah satu lini unggulan produk Indonesia. Apalagi pemerintah tengah fokus pada ekspor barang-barang yang memiliki nilai tambah,” kata Lita kepada VIVA.co.id.

Hal yang menjadi sorotan pada Paviliun Indonesia adalah sejumlah perusahaan yang memproduksi barang-barang dari materi daur ulang. Tak hanya pada makanan organik, toko-toko perlengkapan di Eropa tengah menggemari barang barang dengan label hijau atau ramah lingkungan, salah satunya dari bahan daur ulang.

Ngurah Wira, peserta pameran yang tergabung dalam Paviliun Indonesia, memamerkan barang dekorasi dari dari limbah logam. Selama dua hari pameran, permintaan untuk barang barang itu cukup tinggi.

Pemilik usaha Bali Wirama itu mengatakan bahwa saat ini tren dunia mengarah ke produk daur ulang. “Ini bagaimana cara kita mengelola barang waste (limbah) menjadi value (bernilai jual) tinggi," katanya.

Begitu juga stan CV Nuansa Kayu, yang mengolah kayu bekas menjadi barang dekorasi rumah, bahkan mebel, seperti cermin, bangku, meja atau krat botol anggur. Stan itu tak pernah sepi pengunjung. Perusahaan itu mengusung logo Indonesian Legal Wood pada stannya.

Rani Permata Sari, pemilik perusahaan itu, mengatakan bahwa permintaan terhadap barang-barang dengan kayu bekas dari Eropa makin meningkat. “Ini terkait dengan concern (perhatian) dari masyarakat Eropa terhadap lingkungan dan global warming (pemanasan global),” katanya. (art)

Baca berita lain: