Pergerakan Harga Bitcoin dan Pasar Kripto Ditentukan 2 Hal Ini, Begini Prediksinya

Bitcoin.
Bitcoin.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

Jakarta, VIVA – Harga Bitcoin dan pasar kripto belakangan ini menunjukkan fluktuasi tajam. Banyak investor bertanya-tanya, apa yang sebenarnya mendorong naik-turunnya harga aset digital ini? 

Ternyata, ada dua faktor utama yang saat ini menjadi penentu besar pergerakan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya. Faktor itu di antaranya kondisi inflasi di Amerika Serikat dan kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh Federal Reserve (The Fed).

Meski volatilitas masih tinggi, para pelaku pasar mulai melihat peluang di tengah ketidakpastian ekonomi global. Laporan inflasi terbaru yang lebih rendah dari perkiraan, bisa menjadi angin segar bagi aset berisiko tinggi, termasuk kripto. 

Namun di sisi lain, pasar juga menanti kepastian dari The Fed terkait pemotongan suku bunga, yang berpotensi mendorong harga Bitcoin naik lebih tinggi. Berikut penjelasan lengkapnya, seperti dikutip dari Luno, Selasa, 18 Maret 2025.

Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI / Consumer Price Index) dari Biro Statistik Ketenagakerjaan AS menunjukkan bahwa inflasi telah melandai ke angka 2,8% di bulan Februari, turun dari angka 3% di bulan Januari, dan lebih rendah dari level prediksi 2,9%. Angka CPI utama, tidak termasuk bahan pangan dan energi, naik 3,1% year-on-year, yang juga di bawah angka prediksi 3,2%. 

Perlambatan inflasi ini bisa mengindikasikan lingkungan perekonomian yang lebih positif, yang berpotensi mempengaruhi keputusan suku bunga oleh The Fed. “Penafsiran pasar masih wajar. Kami masih belum mengetahui seperti apakah inflasi pada rezim tarif yang baru ini,” kata Thomas Simons, Kepala Ekonom AS di Jefferies.

“Paling tidak untuk saat ini, momentum masih berada di sisi The Fed,” sambung dia.

Bitcoin.

Photo :
  • The Cryptonomist

Angka inflasi yang di bawah prediksi ini, tampaknya cukup meredakan ketakutan akan kenaikan suku bunga yang agresif dari The Fed, yang bisa mendukung aset-aset berisiko tinggi dalam jangka panjang. Namun, para analis memperingatkan bahwa kenaikan ini bersifat sementara akibat ketegangan trading dan potensi tekanan inflasi dari tarif.

Selain inflasi, faktor lain yang tak kalah penting adalah langkah kebijakan The Fed ke depan. Kepala Riset Aset Digital dari Standard Chartered, Geoff Kendrick, meyakini bahwa pergerakan harga Bitcoin akhir-akhir ini dipengaruhi oleh volatilitas pada pasar aset berisiko tinggi secara luas. 

Dia menjelaskan, pemulihan harga Bitcoin kemungkinan besar akan bergantung pada dua pemicu, yaitu pemulihan aset berisiko tinggi atau berita positif terkait Bitcoin, seperti misalnya, pembelian Bitcoin dari pemerintah AS atau negara lain. “Pemotongan suku bunga dari The Fed pada rapat di bulan Mei, dimana peluang pemotongan suku bunga kemungkinan bergeser ke 75% dari 50%, mungkin bisa memicu terjadinya rebound,” kata Kendrick.

Artinya, bisa disimpulkan bahwa pasar kripto saat ini sangat bergantung pada kondisi makroekonomi dan sentimen global. Bitcoin dan aset kripto lainnya terus bergerak sejalan dengan pasar saham, yang juga dianggap sebagai aset berisiko tinggi. 

Sebagian besar ekonom memperkirakan The Fed akan menunda pemotongan suku bunga hingga akhir tahun, namun menurut Kendrick, keputusan The Fed tetap menjadi kunci utama penggerak harga Bitcoin. Selain itu, kabar besar di dunia kripto juga bisa menjadi pemicu pergerakan signifikan ke depan.

Untuk saat ini, harga Bitcoin masih berada di kisaran USD82.000 - USD84.000 atau setara Rp1,34 miliar hingga Rp1,38 miliar.